Rabu, 03 Desember 2014

SIFAT DAN CIRI-CIRI TANAH DI MALUKU UTARA

Aser Nerotouw
04311311049
Fakultas pertanian
Universitas Khairun ternate



SIFAT DAN CIRI-CIRI TANAH DI MALUKU UTARA



I.                   Pendahuluan
Tanah terdapat di mana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi barang-barang tambang yang di carinya.semua barang yang di gali kecuali batu-batunya dinamanakan tanah. Demikianpulah seorang ahli jalan mengganggap tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehinggga perlu dipasang batu-batu di permukaannya agar menjadi kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartian sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan untuk sebagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dll. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dan organisme (Vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu didalam tanah terdapat pula di atas air.
Air dalam tanah berasal dari air hujan yang di tahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lani. Di samping percampuran bahan mineral dengan  bahan organic, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan atau horisan-horisan. Oleh karena itu, dan definisi ilmiahnya Tanah (soil) adalah Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horisan, terdiri dari campuran bahan mineral. Bahan organic, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbunya tanaman. Tanah (soil) berbedah dengan lahan (land). Karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti lereng , Hidrologi, Iklim dan sebagainya.

Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395 pulau besar dan kecil. Dari jumlah itu, sebanyak 64 pulau telah dihuni, sedangkan 331 pulau lainnya tidak dihuni. Luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,36 km2. Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut, yaitu seluas 106.977,32 km2 (765,27%). Sisanya seluas 33.278 km2 (23,73%), adalah daratan. Pulau yang tergolong relatif besar adalah Pulau Halmahera (18.000 km2). Pulau yang ukurannya relatif sedang yaitu Pulau Cibi (3.900 km2), Pulau Taliabu (3.195 km2), Pulau Bacan (2.878 km2), dan Pulau Morotai (2.325 km2).

Pulau-pulau yang relatif kecil antara lain Pulau Ternate, Makian, Kayoa, Gebe dan sebagainya. Secara geografis Provinsi Maluku Utara berada pada 3o Lintang Utara hingga 3o Lintang Selatan dan 124o hingga 129o Bujur Timur. Wilayah ini dilintasi khatulistiwa, tepatnya di Halmahera Tengah, yang memberi efek penting pada pemanasan air laut yang bergerak dari Samudera Indonesia ke Pasifik.

Batas-batas yang mengitari wilayah Maluku Utara semuanya adalah laut. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Halmahera. Sebelah barat dengan Laut Maluku. Sebelah utara ada Samudera Pasifik, dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Seram. Secara topografis wilayah Maluku Utara sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Banyak dijumpai pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan dataran biasa. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat – mulai dari Teluk Kao, Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga.


Di setiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli (di timur) sampai Teluk Kao (di utara), pesisir barat mulai Teluk Jailolo ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan utara ditemui daerah daratan yang luas. Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan cepat ke arah pesisir. Pulau-pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai, Taliabu, dan Bacan) umumnya memiliki dataran luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi.

Dilihat dari iklimnya, wilayah Maluku Utara memang unik. Wilayah ini dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu iklim di Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh lautan (termasuk luas perairan) dan bervariasi antara tiap bagian wilayah. Dikenal ada empat daerah iklim; Halmahera Utara, Halmahera Tengah/Barat, Bacan dan Kepulauan Sula. Temperatur rata-rata tahunan yang diukur dari stasiun Duma Galela, Ternate dan Tobelo antara 25,6oC – 26,1oC dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 2.138 mm - 3.693 mm.


I.                   PEMBAHASAN

1.1.      Pengaruh iklim terhadap tanah di Maluku Utara

Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan, yang dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Hal ini disebabkan oleh wilayah yang berupa pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Iklim di Provinsi Maluku Utara sangat di pengaruhi oleh eksistensi perairan laut yang luas dan bervariasi antara tiap bagian wilayah, yaitu iklim pada bagian Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula.

Selama Tahun 2011 terjadi hujan sepanjang tahun dengan intensitas beragam, curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Nopember, serta penyinaran matahari terbesar sekitar 60% terjadi pada bulan Mei dan Oktober. Stasiun Meteorologi dan Geofisika Ternate mencatat suhu udara tertinggi sekitar 31,5° C pada bulan Oktober dan terendah sekitar 23,3° C pada bulan Agustus, sedangkan kelembaban udara rata-rata sebesar 84%.

Tanah yang terdapat di daerah Maluku Utara menunjukkan sifat-sifat yang berbeda, mulai dari Morotai bagian utara sampai Sulawesi di selatan. Perbedaan ini disebabkan faktor iklim (curah hujan dan suhu) yang tinggi. Selain itu, yang membedakan sifat-sifat tanah adalah tipe batuan/bahan induk dan kemiringan lereng yang berkorelasi dengan kedalaman efektif perakaran serta vegetasi di tanah tempatnya berkembang.

Selain iklim dan vegetasi, kompleks geologi Provinsi Maluku Utara sangat erat hubungannya dengan penyebaran sifat-sifat tanah. Keadaan geologi dibarengi pula dengan proses pelapukan dan pencucian pada kondisi suhu dan curah hujan yang bervariasi. Maka tanah di daerah Maluku Utara berada dalam suatu perkembangan dan kedalaman yang bervariasi dengan drainase baik, tekstur tanah halus, kesuburan yang relatif rendah.



Pada daerah-daerah perbukitan dan pegunungan yang berlereng curam sampai sangat curam dengan penutupan vegetasi yang jarang, secara relatif juga mempengaruhi erosi permukaan. Oleh karena itu sering ditemukan tanah-tanah dengan kedalaman solum dangkal sampai sedang dengan tingkat perkembangan lemah dan sedang.

2.2 Geologi Dan Fisiografi Tanah  Di Maluku Utara

Berdasarkan struktur dan tektonik serta litologinya, geologi sebagian besar Provinsi Maluku Utara bagian Tengah dan Utara merupakan daerah pegunungan dengan bahan induk bervariasi. Bagian Utara dan Timur Laut semenanjung Halmahera didominasi oleh pegunungan, semenanjung Utara disusun oleh formasi gunung api (Andesit dan bahan batuan beku Andesit).

Pada semanjung Timur Laut ditemukan batuan beku asam, basa, dan ultra basa serta bahan sedimen.

Di semenanjung utara Halmahera terdapat barisan gunung api aktif dengan bentuk dan struktur yang sangat khas. Pada bagian ini, dataran alluvial tidak ditemukan, tetapi memasuki daerah Kao ditemukan dataran alluviasi yang luas pada daerah pedalaman, dataran vulkanik yang berombak dan dataran berawa secara lokal. Pulau Morotai memiliki banyak kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian Utara dan Timur yang dicirikan oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sediment dan batuan beku basa.

Pada semenanjung bagian Selatan Halmahera lebih didominasi oleh daerah gunung yang terutama berkembang dari bahan-bahan sedimentasi dan batu gamping , dimana bagian ini terbentang dataran sempit alluvial arah Timur-Barat. Kawasan sepanjang pantai Barat Halmahera terbentang sejumlah pulaupulau besar dan kecil yang dimulai dari pulau Ternate bagian Utara sampai Obi di bagian Selatan. Pulau-pulau kecil di bagian Utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari bahan andesit, dan batuan beku basaltik dengan
lereng curam (30 – 45 %) sampai sangat curam (> 45%).

Kelompok pulau-pulau Bacan mempunyai bentangan lahan pegunungan yang sama dengan Halmahera Utara yaitu batuan beku basa dan batuan metamorfik. Batuan metamorfik walaupun menyebar secara lokal tetapi merupakan batuan induk dominan pada daerah ini. Sepanjang pesisir terdapat dataran pantai yang sempit, dan bagian tengah dari pusat pulau Bacan dibentuk oleh daratan alluvial. Bentang lahan pulau Obi mengikuti pola yang sama, dimana bagian tengah didominasi oleh daerah pegunungan dengan bahan penyusunnya batuan beku basa
dan diapit oleh deretan perbukitan dari batuan sediment.

Kelompok kepulauan Sulabesi mempunyai struktur yang sama tetapi memiliki susunan bahan induk yang berbeda sebagian besar pulau. Taliabu dan Pulau Sanana merupakan daerah pegunungan dengan puncak tajam dan lereng yang curam, berkembang terutama dari batuan metamorfik. Bagian Barat pulau Sanana juga ditemukan bahan induk granit.




2.3 Topografi Tanah Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara dibentangkan oleh relief-relief besar dimana palung Oceanis dan punggung pengunungannya saling bergantungan dengan kemiringan lahannya. Sebagian besar bergunung – gunung dan berbukit – bukit yang terdiri dari pulau – pulau Vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan hamparan dataran. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari teluk Kao, teluk Buli, teluk Weda, teluk Payahe dan Dodinga.

Di setiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar teluk Buli, pesisir barat mulai dari teluk Jailolo ke Utara dan teluk Weda ke Selatan ditemui daerah hamparan dataran yang luas. Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan arah pesisir. Pulau – pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai,
Taliabu dan Bacan) umumnya memiliki dataran luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi.

2.4 Sifat-Sifat Tanah Di Maluku Utara yang di pengaruhi oleh faktor klimatologi

Tanah yang terdapat di wilayah provinsi Maluku Utara menunjukkan sifat–sifat yang berbeda, mulai dari pulau Morotai di bagian Utara sampai pulau Sulabesi di bagian selatan perbedaan ini disebabkan oleh faktor klimatologi (curah hujan, suhu dan angin ) yang tinggi.

Selain itu, yang membedakan sifat-sifat tanah adalah tipe batuan/bahan induk dan kemiringan lereng yang berkorelasi dengan kedalaman efektif perakaran serta vegetasi dimana tanah itu berkembang. Selain iklim dan vegetasi, kompleks geologi provinsi Maluku Utara sangat erat hubungannya dengan penyebaran sifat-sifat tanah. Keadaan geologi dibarengi pula dengan proses pelapukan dan pencucian di bawah kondisi suhu dan curah hujan yang
bervariasi.

Oleh karena itu, tanah di daerah Maluku Utara berada dalam suatu perkembangan dan kedalaman yang bervariasi dengan drainasi baik, tekstur tanah halus, kesuburan yang relatif rendah pada daerah-daerah perbukitan dan pegunungan yang berlereng curam sampai sangat curam dengan penutupan vegetasi yang jarang. Ini secara relatif juga mempengaruhi erosi permukaan, sehingga sering ditemukan tanah-tanah dengan kedalaman solum dangkal sampai
sedang dengan tingkat perkembangan lemah sampai sedang.

2.5 Jenis-Jenis Tanah Di Maluku Utara

Adapun jenis tanah yang tersebar di daerah Maluku Utara antara lain, adalah:

1. Jenis tanah mediteran terdapat di pulau Morotai bagian Barat, Timur dan Selatan, pulau Doi, dan kecamatan Loloda .
Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300 mm tiap tahunnya.
Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya lambat.
Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya.  Tanah mediteran ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku utara, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.


2. Jenis tanah podsolik merah kuning terdapat di pulau Halmahera dari Utara ke Selatan,Tobelo, Ibu, Obi, bagian Timur, Sanana, pulau Taliabu, Oba, Weda, Patani dan Maba. TANAH PODZOLIK MERAH KUNINGPodzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah.
Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.

3. Jenis tanah kompleks terdapat di pulau Morotai bagian Barat dan Timur ,Obi bagian tengah , pulau Halmahera bagian Tengah sampai Timur.


4. Jenis tanah latosol terdapat di Loloda, Jailolo bagian Selatan, Gane Timur, Gane Barat, Bacan, Oba, Wasile, Weda dan Maba.

Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras danbesar. Litosol belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara. Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija.







5. Jenis tanah regosol terdapat Loloda, Galela, Sahu, Kao, pulau Ternate, pulau Makian, Pulau Obi di pesisir Utara .
Menurut empu-nya USDA, regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir.
Umur yang masih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.
Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di Jawa, Sumatera, sebagian Maluku utara dan Nusa Tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.
6. Jenis tanah alluvial terdapat di pulau Obi bagian Barat, pulau Taliabu, bagian Utara dan Tenggara, Oba, Wasile, Weda, Patani dan Maba.
 Menurut USDA, jenis tanah Alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Ciri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburann tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai.
Jenis tanah Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau jawa, sebagian Maluku utara, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.





Referensi
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressinda –Jakarta.
Syamsul Siradz dan Bambang K Kertonegoro. Bahan Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada- Yogyakarta

Hanifah, K.A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Penerbit Rajawali Pers-Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar