Aser Nerotouw
04311311049
Fakultas pertanian
Universitas Khairun ternate
SIFAT DAN
CIRI-CIRI TANAH DI MALUKU UTARA
I.
Pendahuluan
Tanah terdapat di mana-mana, tetapi
kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan
menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi
barang-barang tambang yang di carinya.semua barang yang di gali kecuali
batu-batunya dinamanakan tanah. Demikianpulah seorang ahli jalan mengganggap
tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehinggga perlu dipasang
batu-batu di permukaannya agar menjadi kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari tanah
diartian sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan untuk sebagai
usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dll. Dalam
pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuh tanaman
darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa
bahan organic dan organisme (Vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu didalam tanah terdapat pula di atas air.
Air dalam tanah berasal dari air hujan
yang di tahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lani. Di samping
percampuran bahan mineral dengan bahan
organic, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan
atau horisan-horisan. Oleh karena itu, dan definisi ilmiahnya Tanah (soil)
adalah Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horizon-horisan, terdiri dari campuran bahan mineral. Bahan organic, air dan
udara, dan merupakan media untuk tumbunya tanaman. Tanah (soil) berbedah dengan
lahan (land). Karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik
lingkungannya seperti lereng , Hidrologi, Iklim dan sebagainya.
Provinsi Maluku Utara terdiri
dari 395 pulau besar dan kecil. Dari jumlah itu, sebanyak 64 pulau telah dihuni,
sedangkan 331 pulau lainnya tidak dihuni. Luas total wilayah Provinsi Maluku
Utara mencapai 140.255,36 km2. Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut,
yaitu seluas 106.977,32 km2 (765,27%). Sisanya seluas 33.278 km2 (23,73%),
adalah daratan. Pulau yang tergolong relatif besar adalah Pulau Halmahera
(18.000 km2). Pulau yang ukurannya relatif sedang yaitu Pulau Cibi (3.900 km2),
Pulau Taliabu (3.195 km2), Pulau Bacan (2.878 km2), dan Pulau Morotai (2.325
km2).
Pulau-pulau yang relatif kecil
antara lain Pulau Ternate, Makian, Kayoa, Gebe dan sebagainya. Secara geografis
Provinsi Maluku Utara berada pada 3o Lintang Utara hingga 3o
Lintang Selatan dan 124o hingga 129o Bujur Timur. Wilayah
ini dilintasi khatulistiwa, tepatnya di Halmahera Tengah, yang memberi efek
penting pada pemanasan air laut yang bergerak dari Samudera Indonesia ke
Pasifik.
Batas-batas yang mengitari
wilayah Maluku Utara semuanya adalah laut. Sebelah timur berbatasan dengan Laut
Halmahera. Sebelah barat dengan Laut Maluku. Sebelah utara ada Samudera
Pasifik, dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Seram. Secara topografis
wilayah Maluku Utara sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Banyak
dijumpai pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya
merupakan dataran biasa. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat
– mulai dari Teluk Kao, Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga.
Di setiap daerah terdapat
punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk
Buli (di timur) sampai Teluk Kao (di utara), pesisir barat mulai Teluk Jailolo
ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan utara ditemui daerah daratan yang luas.
Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan cepat ke
arah pesisir. Pulau-pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai, Taliabu, dan
Bacan) umumnya memiliki dataran luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi.
Dilihat dari iklimnya, wilayah
Maluku Utara memang unik. Wilayah ini dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan
iklim musim. Oleh karena itu iklim di Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh
lautan (termasuk luas perairan) dan bervariasi antara tiap bagian wilayah.
Dikenal ada empat daerah iklim; Halmahera Utara, Halmahera Tengah/Barat, Bacan
dan Kepulauan Sula. Temperatur rata-rata tahunan yang diukur dari stasiun Duma
Galela, Ternate dan Tobelo antara 25,6oC – 26,1oC dengan
curah hujan rata-rata tahunan antara 2.138 mm - 3.693 mm.
I.
PEMBAHASAN
1.1. Pengaruh iklim terhadap tanah di
Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara
merupakan provinsi kepulauan, yang dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim
musim. Hal ini disebabkan oleh wilayah yang berupa pulau-pulau yang dikelilingi
oleh lautan yang luas. Iklim di Provinsi Maluku Utara sangat di pengaruhi oleh
eksistensi perairan laut yang luas dan bervariasi antara tiap bagian wilayah,
yaitu iklim pada bagian Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Barat, Halmahera
Selatan dan Kepulauan Sula.
Selama Tahun 2011
terjadi hujan sepanjang tahun dengan intensitas beragam, curah hujan tertinggi
dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Nopember, serta penyinaran matahari
terbesar sekitar 60% terjadi pada bulan Mei dan Oktober. Stasiun Meteorologi
dan Geofisika Ternate mencatat suhu udara tertinggi sekitar 31,5° C pada bulan
Oktober dan terendah sekitar 23,3° C pada bulan Agustus, sedangkan kelembaban
udara rata-rata sebesar 84%.
Tanah yang terdapat di daerah
Maluku Utara menunjukkan sifat-sifat yang berbeda, mulai dari Morotai bagian
utara sampai Sulawesi di selatan. Perbedaan ini disebabkan faktor iklim (curah
hujan dan suhu) yang tinggi. Selain itu, yang membedakan sifat-sifat tanah
adalah tipe batuan/bahan induk dan kemiringan lereng yang berkorelasi dengan
kedalaman efektif perakaran serta vegetasi di tanah tempatnya berkembang.
Selain iklim dan vegetasi,
kompleks geologi Provinsi Maluku Utara sangat erat hubungannya dengan
penyebaran sifat-sifat tanah. Keadaan geologi dibarengi pula dengan proses
pelapukan dan pencucian pada kondisi suhu dan curah hujan yang bervariasi. Maka
tanah di daerah Maluku Utara berada dalam suatu perkembangan dan kedalaman yang
bervariasi dengan drainase baik, tekstur tanah halus, kesuburan yang relatif
rendah.
Pada daerah-daerah perbukitan dan
pegunungan yang berlereng curam sampai sangat curam dengan penutupan vegetasi
yang jarang, secara relatif juga mempengaruhi erosi permukaan. Oleh karena itu
sering ditemukan tanah-tanah dengan kedalaman solum dangkal sampai sedang
dengan tingkat perkembangan lemah dan sedang.
2.2 Geologi Dan Fisiografi
Tanah Di Maluku Utara
Berdasarkan struktur
dan tektonik serta litologinya, geologi sebagian besar Provinsi Maluku Utara
bagian Tengah dan Utara merupakan daerah pegunungan dengan bahan induk
bervariasi. Bagian Utara dan Timur Laut semenanjung Halmahera didominasi oleh
pegunungan, semenanjung Utara disusun oleh formasi gunung api (Andesit dan
bahan batuan beku Andesit).
Pada semanjung Timur Laut
ditemukan batuan beku asam, basa, dan ultra basa serta bahan sedimen.
Di semenanjung utara
Halmahera terdapat barisan gunung api aktif dengan bentuk dan struktur yang
sangat khas. Pada bagian ini, dataran alluvial tidak ditemukan, tetapi
memasuki daerah Kao ditemukan dataran alluviasi yang luas pada daerah
pedalaman, dataran vulkanik yang berombak dan dataran berawa secara lokal. Pulau
Morotai memiliki banyak kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian Utara dan Timur
yang dicirikan oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sediment dan
batuan beku basa.
Pada semenanjung
bagian Selatan Halmahera lebih didominasi oleh daerah gunung yang terutama
berkembang dari bahan-bahan sedimentasi dan batu gamping , dimana bagian ini
terbentang dataran sempit alluvial arah Timur-Barat. Kawasan sepanjang
pantai Barat Halmahera terbentang sejumlah pulaupulau besar dan kecil yang
dimulai dari pulau Ternate bagian Utara sampai Obi di bagian Selatan.
Pulau-pulau kecil di bagian Utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang
tersusun dari bahan andesit, dan batuan beku basaltik dengan
lereng curam (30 – 45 %) sampai sangat curam (> 45%).
Kelompok pulau-pulau
Bacan mempunyai bentangan lahan pegunungan yang sama dengan Halmahera Utara
yaitu batuan beku basa dan batuan metamorfik. Batuan metamorfik walaupun
menyebar secara lokal tetapi merupakan batuan induk dominan pada daerah ini.
Sepanjang pesisir terdapat dataran pantai yang sempit, dan bagian tengah dari
pusat pulau Bacan dibentuk oleh daratan alluvial. Bentang lahan pulau Obi
mengikuti pola yang sama, dimana bagian tengah didominasi oleh daerah
pegunungan dengan bahan penyusunnya batuan beku basa
dan diapit oleh deretan perbukitan dari batuan sediment.
Kelompok kepulauan
Sulabesi mempunyai struktur yang sama tetapi memiliki susunan bahan induk yang
berbeda sebagian besar pulau. Taliabu dan Pulau Sanana merupakan daerah
pegunungan dengan puncak tajam dan lereng yang curam, berkembang terutama dari
batuan metamorfik. Bagian Barat pulau Sanana juga ditemukan bahan induk granit.
2.3
Topografi Tanah Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara
dibentangkan oleh relief-relief besar dimana palung Oceanis dan punggung
pengunungannya saling bergantungan dengan kemiringan lahannya. Sebagian besar
bergunung – gunung dan berbukit – bukit yang terdiri dari pulau – pulau Vulkanis
dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan hamparan dataran.
Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari teluk Kao,
teluk Buli, teluk Weda, teluk Payahe dan Dodinga.
Di setiap daerah
terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar
teluk Buli, pesisir barat mulai dari teluk Jailolo ke Utara dan teluk Weda ke
Selatan ditemui daerah hamparan dataran yang luas. Pada bagian lainnya terdapat
deretan pegunungan yang melandai dengan arah pesisir. Pulau – pulau yang
relatif sedang (Obi, Morotai,
Taliabu dan Bacan) umumnya memiliki dataran luas yang diselingi
pegunungan yang bervariasi.
2.4 Sifat-Sifat Tanah
Di Maluku Utara yang di pengaruhi oleh faktor klimatologi
Tanah yang terdapat
di wilayah provinsi Maluku Utara menunjukkan sifat–sifat yang berbeda, mulai
dari pulau Morotai di bagian Utara sampai pulau Sulabesi di bagian selatan
perbedaan ini disebabkan oleh faktor klimatologi (curah hujan, suhu dan angin )
yang tinggi.
Selain itu, yang
membedakan sifat-sifat tanah adalah tipe batuan/bahan induk dan kemiringan
lereng yang berkorelasi dengan kedalaman efektif perakaran serta vegetasi
dimana tanah itu berkembang. Selain iklim dan vegetasi, kompleks geologi
provinsi Maluku Utara sangat erat hubungannya dengan penyebaran sifat-sifat
tanah. Keadaan geologi dibarengi pula dengan proses pelapukan dan pencucian di
bawah kondisi suhu dan curah hujan yang
bervariasi.
Oleh karena itu,
tanah di daerah Maluku Utara berada dalam suatu perkembangan dan kedalaman yang
bervariasi dengan drainasi baik, tekstur tanah halus, kesuburan yang relatif
rendah pada daerah-daerah perbukitan dan pegunungan yang berlereng curam sampai
sangat curam dengan penutupan vegetasi yang jarang. Ini secara relatif juga
mempengaruhi erosi permukaan, sehingga sering ditemukan tanah-tanah dengan
kedalaman solum dangkal sampai
sedang dengan tingkat perkembangan lemah sampai sedang.
2.5 Jenis-Jenis Tanah
Di Maluku Utara
Adapun jenis tanah yang
tersebar di daerah Maluku Utara antara lain, adalah:
1.
Jenis tanah mediteran terdapat di pulau Morotai bagian Barat, Timur dan Selatan,
pulau Doi, dan kecamatan Loloda .
Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah
ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah
hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300 mm tiap
tahunnya.
Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan
dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang
tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol
mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga
permeabilitasnya lambat.
Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan
batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah
sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan
merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur
yang lainnya. Tanah mediteran ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku utara, dan Sumatra. Mediteran cocok
untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.
2.
Jenis tanah podsolik merah kuning terdapat di pulau Halmahera dari Utara
ke Selatan,Tobelo, Ibu, Obi, bagian Timur, Sanana, pulau Taliabu, Oba, Weda, Patani
dan Maba. Podzolik merah kuning merupakan bagian dari
tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami
pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah
memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat
agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi
pada ultisol yang berbentuk bongkah.
Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan
tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah
podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang
relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak
digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik
merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat,
Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.
3. Jenis tanah
kompleks terdapat di pulau Morotai bagian Barat dan Timur ,Obi bagian tengah ,
pulau Halmahera bagian Tengah sampai Timur.
4. Jenis tanah latosol
terdapat di Loloda, Jailolo bagian Selatan, Gane Timur, Gane Barat, Bacan,
Oba, Wasile, Weda dan Maba.
Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan
tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal
dari pelapukan batuan yang keras danbesar. Litosol belum mengalami perkembangan
lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai
tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure
hara. Litosol banyak
terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan,
dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija.
5.
Jenis tanah regosol terdapat Loloda, Galela, Sahu, Kao, pulau Ternate,
pulau Makian, Pulau Obi di pesisir Utara .
Menurut empu-nya USDA, regosol merupakan tanah
yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum
mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang
marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar
aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir.
Umur yang masih muda menjadikan entisol masih
miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian
tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu
sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat
tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan
baik.
Dengan kandungan bahan organik yang sedikit
dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija,
tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air.
Regosol banyak tersebar di Jawa, Sumatera, sebagian Maluku utara dan Nusa
Tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.
6.
Jenis tanah alluvial terdapat di pulau Obi bagian Barat, pulau Taliabu,
bagian Utara dan Tenggara, Oba, Wasile, Weda, Patani dan Maba.
Menurut
USDA, jenis tanah Alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama
dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan
material halus aliran sungai. Ciri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu
dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburann tanah alluvial sangat
bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai.
Jenis tanah Alluvial terdapat hampir di
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau
jawa, sebagian Maluku utara, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak
dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.
Referensi
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit
Akademika Pressinda –Jakarta.
Syamsul Siradz dan Bambang K Kertonegoro.
Bahan Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada- Yogyakarta
Hanifah, K.A. 2009. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Penerbit Rajawali Pers-Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar