Rabu, 03 Desember 2014

SIFAT DAN CIRI-CIRI TANAH DI MALUKU UTARA

Aser Nerotouw
04311311049
Fakultas pertanian
Universitas Khairun ternate



SIFAT DAN CIRI-CIRI TANAH DI MALUKU UTARA



I.                   Pendahuluan
Tanah terdapat di mana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi barang-barang tambang yang di carinya.semua barang yang di gali kecuali batu-batunya dinamanakan tanah. Demikianpulah seorang ahli jalan mengganggap tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehinggga perlu dipasang batu-batu di permukaannya agar menjadi kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartian sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan untuk sebagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dll. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dan organisme (Vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu didalam tanah terdapat pula di atas air.
Air dalam tanah berasal dari air hujan yang di tahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lani. Di samping percampuran bahan mineral dengan  bahan organic, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan atau horisan-horisan. Oleh karena itu, dan definisi ilmiahnya Tanah (soil) adalah Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horisan, terdiri dari campuran bahan mineral. Bahan organic, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbunya tanaman. Tanah (soil) berbedah dengan lahan (land). Karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti lereng , Hidrologi, Iklim dan sebagainya.

Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395 pulau besar dan kecil. Dari jumlah itu, sebanyak 64 pulau telah dihuni, sedangkan 331 pulau lainnya tidak dihuni. Luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,36 km2. Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut, yaitu seluas 106.977,32 km2 (765,27%). Sisanya seluas 33.278 km2 (23,73%), adalah daratan. Pulau yang tergolong relatif besar adalah Pulau Halmahera (18.000 km2). Pulau yang ukurannya relatif sedang yaitu Pulau Cibi (3.900 km2), Pulau Taliabu (3.195 km2), Pulau Bacan (2.878 km2), dan Pulau Morotai (2.325 km2).

Pulau-pulau yang relatif kecil antara lain Pulau Ternate, Makian, Kayoa, Gebe dan sebagainya. Secara geografis Provinsi Maluku Utara berada pada 3o Lintang Utara hingga 3o Lintang Selatan dan 124o hingga 129o Bujur Timur. Wilayah ini dilintasi khatulistiwa, tepatnya di Halmahera Tengah, yang memberi efek penting pada pemanasan air laut yang bergerak dari Samudera Indonesia ke Pasifik.

Batas-batas yang mengitari wilayah Maluku Utara semuanya adalah laut. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Halmahera. Sebelah barat dengan Laut Maluku. Sebelah utara ada Samudera Pasifik, dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Seram. Secara topografis wilayah Maluku Utara sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Banyak dijumpai pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan dataran biasa. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat – mulai dari Teluk Kao, Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga.


Di setiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli (di timur) sampai Teluk Kao (di utara), pesisir barat mulai Teluk Jailolo ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan utara ditemui daerah daratan yang luas. Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan cepat ke arah pesisir. Pulau-pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai, Taliabu, dan Bacan) umumnya memiliki dataran luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi.

Dilihat dari iklimnya, wilayah Maluku Utara memang unik. Wilayah ini dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu iklim di Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh lautan (termasuk luas perairan) dan bervariasi antara tiap bagian wilayah. Dikenal ada empat daerah iklim; Halmahera Utara, Halmahera Tengah/Barat, Bacan dan Kepulauan Sula. Temperatur rata-rata tahunan yang diukur dari stasiun Duma Galela, Ternate dan Tobelo antara 25,6oC – 26,1oC dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 2.138 mm - 3.693 mm.


I.                   PEMBAHASAN

1.1.      Pengaruh iklim terhadap tanah di Maluku Utara

Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan, yang dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Hal ini disebabkan oleh wilayah yang berupa pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Iklim di Provinsi Maluku Utara sangat di pengaruhi oleh eksistensi perairan laut yang luas dan bervariasi antara tiap bagian wilayah, yaitu iklim pada bagian Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula.

Selama Tahun 2011 terjadi hujan sepanjang tahun dengan intensitas beragam, curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Nopember, serta penyinaran matahari terbesar sekitar 60% terjadi pada bulan Mei dan Oktober. Stasiun Meteorologi dan Geofisika Ternate mencatat suhu udara tertinggi sekitar 31,5° C pada bulan Oktober dan terendah sekitar 23,3° C pada bulan Agustus, sedangkan kelembaban udara rata-rata sebesar 84%.

Tanah yang terdapat di daerah Maluku Utara menunjukkan sifat-sifat yang berbeda, mulai dari Morotai bagian utara sampai Sulawesi di selatan. Perbedaan ini disebabkan faktor iklim (curah hujan dan suhu) yang tinggi. Selain itu, yang membedakan sifat-sifat tanah adalah tipe batuan/bahan induk dan kemiringan lereng yang berkorelasi dengan kedalaman efektif perakaran serta vegetasi di tanah tempatnya berkembang.

Selain iklim dan vegetasi, kompleks geologi Provinsi Maluku Utara sangat erat hubungannya dengan penyebaran sifat-sifat tanah. Keadaan geologi dibarengi pula dengan proses pelapukan dan pencucian pada kondisi suhu dan curah hujan yang bervariasi. Maka tanah di daerah Maluku Utara berada dalam suatu perkembangan dan kedalaman yang bervariasi dengan drainase baik, tekstur tanah halus, kesuburan yang relatif rendah.



Pada daerah-daerah perbukitan dan pegunungan yang berlereng curam sampai sangat curam dengan penutupan vegetasi yang jarang, secara relatif juga mempengaruhi erosi permukaan. Oleh karena itu sering ditemukan tanah-tanah dengan kedalaman solum dangkal sampai sedang dengan tingkat perkembangan lemah dan sedang.

2.2 Geologi Dan Fisiografi Tanah  Di Maluku Utara

Berdasarkan struktur dan tektonik serta litologinya, geologi sebagian besar Provinsi Maluku Utara bagian Tengah dan Utara merupakan daerah pegunungan dengan bahan induk bervariasi. Bagian Utara dan Timur Laut semenanjung Halmahera didominasi oleh pegunungan, semenanjung Utara disusun oleh formasi gunung api (Andesit dan bahan batuan beku Andesit).

Pada semanjung Timur Laut ditemukan batuan beku asam, basa, dan ultra basa serta bahan sedimen.

Di semenanjung utara Halmahera terdapat barisan gunung api aktif dengan bentuk dan struktur yang sangat khas. Pada bagian ini, dataran alluvial tidak ditemukan, tetapi memasuki daerah Kao ditemukan dataran alluviasi yang luas pada daerah pedalaman, dataran vulkanik yang berombak dan dataran berawa secara lokal. Pulau Morotai memiliki banyak kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian Utara dan Timur yang dicirikan oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sediment dan batuan beku basa.

Pada semenanjung bagian Selatan Halmahera lebih didominasi oleh daerah gunung yang terutama berkembang dari bahan-bahan sedimentasi dan batu gamping , dimana bagian ini terbentang dataran sempit alluvial arah Timur-Barat. Kawasan sepanjang pantai Barat Halmahera terbentang sejumlah pulaupulau besar dan kecil yang dimulai dari pulau Ternate bagian Utara sampai Obi di bagian Selatan. Pulau-pulau kecil di bagian Utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari bahan andesit, dan batuan beku basaltik dengan
lereng curam (30 – 45 %) sampai sangat curam (> 45%).

Kelompok pulau-pulau Bacan mempunyai bentangan lahan pegunungan yang sama dengan Halmahera Utara yaitu batuan beku basa dan batuan metamorfik. Batuan metamorfik walaupun menyebar secara lokal tetapi merupakan batuan induk dominan pada daerah ini. Sepanjang pesisir terdapat dataran pantai yang sempit, dan bagian tengah dari pusat pulau Bacan dibentuk oleh daratan alluvial. Bentang lahan pulau Obi mengikuti pola yang sama, dimana bagian tengah didominasi oleh daerah pegunungan dengan bahan penyusunnya batuan beku basa
dan diapit oleh deretan perbukitan dari batuan sediment.

Kelompok kepulauan Sulabesi mempunyai struktur yang sama tetapi memiliki susunan bahan induk yang berbeda sebagian besar pulau. Taliabu dan Pulau Sanana merupakan daerah pegunungan dengan puncak tajam dan lereng yang curam, berkembang terutama dari batuan metamorfik. Bagian Barat pulau Sanana juga ditemukan bahan induk granit.




2.3 Topografi Tanah Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara dibentangkan oleh relief-relief besar dimana palung Oceanis dan punggung pengunungannya saling bergantungan dengan kemiringan lahannya. Sebagian besar bergunung – gunung dan berbukit – bukit yang terdiri dari pulau – pulau Vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan hamparan dataran. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari teluk Kao, teluk Buli, teluk Weda, teluk Payahe dan Dodinga.

Di setiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar teluk Buli, pesisir barat mulai dari teluk Jailolo ke Utara dan teluk Weda ke Selatan ditemui daerah hamparan dataran yang luas. Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan arah pesisir. Pulau – pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai,
Taliabu dan Bacan) umumnya memiliki dataran luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi.

2.4 Sifat-Sifat Tanah Di Maluku Utara yang di pengaruhi oleh faktor klimatologi

Tanah yang terdapat di wilayah provinsi Maluku Utara menunjukkan sifat–sifat yang berbeda, mulai dari pulau Morotai di bagian Utara sampai pulau Sulabesi di bagian selatan perbedaan ini disebabkan oleh faktor klimatologi (curah hujan, suhu dan angin ) yang tinggi.

Selain itu, yang membedakan sifat-sifat tanah adalah tipe batuan/bahan induk dan kemiringan lereng yang berkorelasi dengan kedalaman efektif perakaran serta vegetasi dimana tanah itu berkembang. Selain iklim dan vegetasi, kompleks geologi provinsi Maluku Utara sangat erat hubungannya dengan penyebaran sifat-sifat tanah. Keadaan geologi dibarengi pula dengan proses pelapukan dan pencucian di bawah kondisi suhu dan curah hujan yang
bervariasi.

Oleh karena itu, tanah di daerah Maluku Utara berada dalam suatu perkembangan dan kedalaman yang bervariasi dengan drainasi baik, tekstur tanah halus, kesuburan yang relatif rendah pada daerah-daerah perbukitan dan pegunungan yang berlereng curam sampai sangat curam dengan penutupan vegetasi yang jarang. Ini secara relatif juga mempengaruhi erosi permukaan, sehingga sering ditemukan tanah-tanah dengan kedalaman solum dangkal sampai
sedang dengan tingkat perkembangan lemah sampai sedang.

2.5 Jenis-Jenis Tanah Di Maluku Utara

Adapun jenis tanah yang tersebar di daerah Maluku Utara antara lain, adalah:

1. Jenis tanah mediteran terdapat di pulau Morotai bagian Barat, Timur dan Selatan, pulau Doi, dan kecamatan Loloda .
Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300 mm tiap tahunnya.
Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya lambat.
Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya.  Tanah mediteran ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku utara, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.


2. Jenis tanah podsolik merah kuning terdapat di pulau Halmahera dari Utara ke Selatan,Tobelo, Ibu, Obi, bagian Timur, Sanana, pulau Taliabu, Oba, Weda, Patani dan Maba. TANAH PODZOLIK MERAH KUNINGPodzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah.
Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.

3. Jenis tanah kompleks terdapat di pulau Morotai bagian Barat dan Timur ,Obi bagian tengah , pulau Halmahera bagian Tengah sampai Timur.


4. Jenis tanah latosol terdapat di Loloda, Jailolo bagian Selatan, Gane Timur, Gane Barat, Bacan, Oba, Wasile, Weda dan Maba.

Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras danbesar. Litosol belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara. Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija.







5. Jenis tanah regosol terdapat Loloda, Galela, Sahu, Kao, pulau Ternate, pulau Makian, Pulau Obi di pesisir Utara .
Menurut empu-nya USDA, regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir.
Umur yang masih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.
Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di Jawa, Sumatera, sebagian Maluku utara dan Nusa Tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.
6. Jenis tanah alluvial terdapat di pulau Obi bagian Barat, pulau Taliabu, bagian Utara dan Tenggara, Oba, Wasile, Weda, Patani dan Maba.
 Menurut USDA, jenis tanah Alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Ciri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburann tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai.
Jenis tanah Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau jawa, sebagian Maluku utara, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.





Referensi
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressinda –Jakarta.
Syamsul Siradz dan Bambang K Kertonegoro. Bahan Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada- Yogyakarta

Hanifah, K.A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Penerbit Rajawali Pers-Jakarta.


Selasa, 02 Desember 2014


PENETAPAN BD,PD,%PORI DAN %FC
logo unkhair






Oleh :
Nama         :  Aser.Y.K.Nerotouw
Npm           :  04311311049
Prodi          :  Agroteknologi




FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
 KHAIRUN TERNATE
TAHUN 2014
HALAMAN PENGESAHAN


JUDUL                       : PENETAPAN BD,PD,%PORI  DAN  %FC
NAMA                        : ASER.Y.K.NEROTOUW
NPM                           : 04311311049
PRODI                        : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS               : PERTANIAN





Telah Disetujui Oleh
Koordinator Praktikum DDIT



(IDRIS ABD. RACHMAN, SP.M.Si)





i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,,, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., dimana ia telah memberikan saya nikmat kesehatan, kesempatan dan telah membimbing kami  mulai dari kegiatan praktikum yang saya laksanakan di laboratorium mengenai Penetapan BD,PD,%Pori dan %FC hingga penyusunan laporan praktikum ini yang walaupun penuh dengan berbagai macam tantangan dan hambatan, namun saya  tetap yakin percaya bagi siapa saja, Allah mengharapkan pertolongan maka dari dalamnya selalu menolong dan menyertainya.
Satu-satu harapan saya  adalah kiranya laporan hasil praktikum  ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama kepada orang yang ingin bergeluti pada bidang ilmu tanah maupun bidang ilmu pertanian secara umum.
Dengan demikian saya  mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada bapak dosen selaku pembimbing saya yang telah banyak memberikan motifasi serta membantu saya mulai dari awal kegiatan praktikum yang kami laksanakan hingga terselesaikannya praktikum ini.   


                                                              Ternate, 30 November 2014

Penyusun
Aser.Y.K.Nerotouw




ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... III
DAFTRAR TABLE .................................................................................... IV
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... V
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
I.   PENDAHULUAN
1.      Latar belakang........................................................................................ 1
2.      Tujuan praktikum................................................................................... 2

II.          TINJAUAN PUSTAKA
1.Factor-faktor yang mempengaruhi BD,PD tanah..................................... 3
2.Factor factor yang mempengaruhi persen (%) pori................................... 3
3.Faktor factor yang mempengaruhi persen (%) field capacity.................... 4
4,hubungan BD, PD, % Pori, %FC dengan ketersediaan air tanah............. 4

III.       BAHAN DAN METODE
1.      Tempat dan waktu..................................................................................... 7
2.      Alat dan bahan ......................................................................................... 7
3.      Metode praktikum..................................................................................... 7
4.      Pelaksanaan............................................................................................... 7
5.      Tehnik analisa data.................................................................................... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil......................................................................................................... 10
2.      Pembahasan............................................................................................. 12

V.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan................................................................................................ 15
2.      Saran.......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel                                                   Teks                                                Halaman
I.                   Metode Pangamatan Praktikum……………………………..…..7
II.                Hasil Penetapan BD,PD,%PORI DAN %FC…….……………..10
















iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran                                                      Teks                                    Halaman
1.      HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… i
2.      Data Pengamatan BD,PD,%PORI DAN %FC……………..……..17
3.      Dokumentasi Praktikum penetapan BD,PD,%FC,%PORI ………20













v
DAFTAR GAMBAR
Gambar                                               Teks                                                Halaman
1.      Grafik BD……………………………………………………………10
2.      Grafik PD……………………………………………………………10
3.      Grafik % pori………………………………………………………...11
4.      Grafik % FC…………………………………………………………11
      













Vi

I.  PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Pada mulanya tanah di pandang sebagai lapisan permukaan bumi(Natural Body) yang berasal dari bebatuan(natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukkan oleh gaya-gaya alam (natural force) sehingga membentuk regolith (lapisan berpartikel halus).
Tanah terbentuk dari bahan asalnya yang disebut sebagai bahan induk. Bahan induk tanah berasal dari batuan melalui proses pelapukan berubah membentuk lapisan atau horizon-horizon tanah dan akhirnya membentuk suatu tubuh tanah yang utuh.
Batuan induk adalah semua bahan yang keras, maupun lunak seperti abu vulkanik, batu liat, batu kapur, endapan sungai dan laut, gambut serta bahan-bahan lainnya yang merupakan asal pembentukan tanah. Karena tanah berasal dari suatu bahan induk yang telah mengalami pelapukan, maka sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, dan minerologi tanahnya tidak berbeda jauh dari sifat bahan induknya, terkecuali telah mengalami pelapukan lanjut.
Tanah merupakan bangunan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, kemudian manusia sangat tergantung pada tanah dan sampai batas-batas tertentu tanah yang baik tergantung pada manusia dan pengelolahnya. Tanah merupakan tumbuhan alam tumbuhan dapat hidup, dan manusia menikmati dan menggunakan tumbuhan karena keindahannya dan karena manfaatnya dimakan oleh mahluk lainnya. Juga tingkat hidup kerap kali ditentukan oleh kualitas tanah da oleh jenis kualitas tumbuh-tumbuhan dan juga hewan-hewan yang hidup di atasnya.
Bulk density  atau biasa disingkat dengan (BD) merupakan petunjuk kepadatan tanah, makin padat suatu tanah makin tinggi tingkat bulk density, maka penting untuk mengetahui tingkat kepadatan suatu tanah karena makin padat suatu tanah, maka makin sulit air untuk meneruskan atau menembus akar tanaman. BD juga berbeda dengan partikel density (PD) (kerapatan jenis zarah), tanah kering persatuan volume partikel-partikel (padat ) tanah (jadi tidak termasuk pori-pori tanah, tanah mineral mempunyai partikel density = 2,65 g/cm3 dengan mengetahui besarnya bulk density dan partikel density maka dapat dihitung banyaknya persen (%) pori-pori total tanah.
Pori-pori tanah bagian dari tanah yang tidak terisi oleh bahan padat (terisi udara dan air). Pori terdiri atas kasar berisi udara atau air gravitasi dan halus berisi udara atau air kapiler tetapi tidak dapat menyimpan atau menahan air. Peredaran air ini disebut aerase sehingga pori makro dinamakan juga pori aerase. Pori-pori berukuran kecil (pori mikro), memiliki gaya kapiler yang dapat menahan air dan menaikkan air dari permukaan air tanah ke zona perakaran tanaman. Sehingga berdasarkan fungsinya pori-pori ini dinamakan pori kapiler. Porositas adalah jumlah pori aersi dan pori kapiler.
 Dari uaran diatas maka dipandang perlu untuk melakukan percoban penetapan Bulk Density (BD), Partikel Density (PD), Persen (%) Pori dan Persen (%) Filed Capasity (FC).

2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
1.      Mengatahui cara penetapan BD dan PD tanah
2.      Mengatahui  perbedaan nilai BD dan PD pada setiap lapisan
3.      Mengatahui persen (%) pori tanah
4.       Mengatahui field capacity (FC)




II.                TINJAUAN PUSTAKA

1.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bulk Density Dan Partikel Density Tanah
Kerapatan partikel (Bulk Density) merupakan berat partikel persatuan volume tanah beserta porinya. Kisaran kerapatan limbat tanah berfariasi cukup lebar tergantung ruang pori dan tekstur tanahnya. Bahan organik mineral juga mempengaruhi kerapatan limbat. Bahan organik ini berperan dalam pengembangan struktur. Semakin tinggi kandungan bahan organiknya semakin berkembang struktur tanah yang dapat mengakibatkan bongkah semakin kecil (Hartati, 2001).
Ada beberapa factor yang mempengaruhi BD dan PD Tanah,, menurut (Hanafiah, 2005) sebagai berikut:
a.   Tekstur
Tekstur tanah dapat diartikan sebagai penampilan visual suatu tanah berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu massa tanah tertentu. Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah.
b.   Bahan Organik
Bahan organik biasanya berasal dari proses pelapukan batuan. Bahan organik komposisinya didalam tanah memang sedikit yaitu berkisar 3-5% tapi pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan sifat-sifat tanah. Bahan organik dalam tanah terdiri atas bahan organik kasar dan bahan organik halus .
c.    Struktur
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena prose salami ). Clod juga merupakan unit gumpalan tanah teatpi terbentuknya bukan karena proses alami (misanya karena pencangkulan tusukan pisau dan sebagainya) .

2.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persen (%) Pori
Ruang pori merupakan bagian volume tanah yang ditempati oleh air dan udara, keseimbangan antara udara dan air yang menempati ruang pori ditentukan oleh ukuran pori dan ada beberapa factor yang mempengaruhi % pori yang seperti yang di paparkan oleh, (Arsyad S, 2000) antara lain.
a.       Kandunan bahan organic
b.      Struktur tanah
c.       Tekstur tanah
Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah,mempunyai porositas yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal).tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air, (Hardjowigeno,1987).

3.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persen (%) Field Capacity
Kapasitas lapang (field capacity) menunjukkan keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi. Kapsitas lapang ini sangat dipengaruhi tingkat kelembaban tanah yang sangat penting bagi pertumbuhhan tanaman, (Hanafiah, 2005).

4. Hubungan BD,PD,%PORI,%FC Dengan Ketersediaan Air Tanah
Bulk menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Kerapatan massa (Bulk Density) dihitung sebagai berikut : Kerapatan massa = Berat tanah (g)/Volume tanah (cm3) (Foth, 1988).
Kerapatan massa lapisan yang bertekstur halus biasanya antara 1,0-1,3 g/cm3. Jika struktur tanah kasar maka kerapatan massa 1,3-1,8 g/cm3. Dimana makin padat suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya sehingga makin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan Bulk Density tanah, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang di tambahkan mempunyai kerapatan jenis yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan bulk density tanah maka persentase ruang pori – pori semakin kasar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1991).
Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim,dkk,1986).         
Ruang pori tanah ialah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat, apabila letak keduannya cenderung erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah.Sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi (Buckman and Brady, 1984).
Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel – partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut: TRP = 1 - X 100% Dimana: TRP = Total Ruang Pori BD = Bulk Density (g/cm3) PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).
 Tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase pori total lebih tinggi dari pada bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang merupakan suatu sifat yang penting (Sarief, 1986). PDBD).
Pori tanah adalah ruang-ruang yang terletak antara padatan bahan tanah. Pori tanah diklasifikasikan berdasar pada ukuran yang setara ruang antar bahan padat tanah. Pengklasifikasian pori tanah dapat dilaksanakan dengan menganggap pori tanah ini sebagai badan tunggal di dalam tubuh tanah. Antar poribesar berukuran setara akan dihubungkan oleh sekumpulan pori-pori berukuran sangat kecil. Pada susunan padat sederhana butiran pasir, dengan pori yang berbentuk dan berukuran serupa, saling berhubungan, maka bidang kerut-tegas yang terlihat dianggap sabagai batas dari suatu pori. Pori dengan O < 30 mikron berperan penting bagi jasad renik tanah dan tanaman, pori dengan O 30-100 mikron penting pada fenomena pergantian udara tanah dan cadangan untuk transpot dan pengagihan air tanah, dan pori dengan O > 100 mikron berperan besar dalam mempercepat laju penetrasi udara ke bagian tubuh tanah sebelah dalam, serta mempercepat pelaluan air. Pori tanah dapat dikelompokkan menjadi delapan kategori, yaitu packing void yang terdiri dari simple packing dan compoud packing, vugh, vesicle, channel dan chamber, plane yang terdiri dari joint, craze dan skew  (Poerwowidodo, 1990).























III.             BAHAN DAN METODE

1.      Tempat Dan Waktu
   Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate, dengan waktu pelaksanaannya mulai dari tanggal 26 – 27, November 2014

2.      Alat Dan Bahan
     Adapun alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini  antara lain, oven mammert, ring sample, Timbangan, ember, mistar, alat tulis menulis, kamera (untuk dokumentasi), Kain lap (untuk memudahkan mengangkat ring sampel tanah yang suda di panaskan) sampel tanah lapisan I dan II.

3.      Metode Praktikum

Metode yang dipakai dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Metode pengamatan praktikum
No
Jenis Pengamatan
Metode
1.
2.
3.
4.
Bulk Density (BD)
Particle Density (PD)
Persen (%) Pori
Field Capacity
Ring Sampel
Ring Sampel
Hitung
Ring Sampel

4.      Pelaksanaan

a.       Penyiapan alat dan bahan
b.      Ring sampel yang berisi tanah utuh lapisan I dan lapisan II di timbang sebelum dijenuhkan untuk mengetahui berat tanah utuh.
c.       Ring sampel yang berisi tanah utuh lapisan I dan lapisan II dijenuhkan kedalam  air sampai udara yang terdapat pada pori tanah terdesak keluar,kemudian pori tanah tersebut terisi penuh oleh air.
d.      Ring sampel yang berisi tanah utuh lapisan I dan lapisan II ditimbang setelah dijenuhkan untuk mengatahui nilai berat tanah.
e.       Setelah ditimbang tanah yang berada di ring sampel kemudian ring sampel yang beris tanah lapisan I dan lapisan II di masukkan ke dalam oven memmet dengan suhu 1050 C selama 24 jam.
f.       Setelah pengeringan selesai selanjutnya ring sampel yang berisi tanah dikeluarkan dari oven kemudian ring sampel yang berisi tanah ditimbang berat kering ovennya.
g.      Kemudian tanah yang terdapat diring sampel dilepaskan keluar untuk di timbang berat tanah tanpa ring sampel.
h.      Setelah proses pelepasan selesai di timbang berat ring, tinggi ring dan diameter ring
i.        Setelah itu proses penghitungan nilai dari BD, PD, % pori dan Field capacity.

5.      Teknik Analisa Data
     Teknik analisa data dalam praktikum ini menggunakan beberapa persamaan sebagai berikut :
a. Pesamaan Volume Ring Sampel I   π.r2 .t

b.Persamaan Bulk Density


c.       Persamaan partikel density (PD)




d.      Persamaan Porositas (% pori)

e.        Persamaan Field Capacity




IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

1.       Hasil
Hasil dari praktikum penetapan BD,PD,%Pori dan Field Capacity dinyatakan dalam bentuk table sebagai Berikut :
No
Sampel
BD (gr/cm3)
PD (gr/cm3)
FC (%)
Porositas %
1.
2.
I
II
1,03
1,12
1,24
1,32
40
25
16,93
15,15
Sumber :Data diolah 2014
Grafik I.Bulk Density (BD)
Sumber : Data  Primer yang Diolah Tahun 2014
Grafik II. Partikel Density (PD)
Sumber: Data primer yang diolah Tahun 2014
Grafik III .%pori
Sumber :Data Primer yang diolah Tahun 2014
Grafik IV.%Pori
Sumber : Data Primer yang Diolah Tahun 2014






2.       Pembahasan
            Berdasarkan hasil perhitungan nilai BD,PD,%Pory dan Field Capacity dapat di analisa bahwa lapisan I dan lapisan II memiliki nilai BD,dan PD berbeda pada nilai FC dan  %Pori memiiki nilai yang berbeda hal ini saling berkaitan dengan tekstur dan bahan organic sebagai factor yang menyebabkan Lapisan II memiliki Nilai PD dan PD lebih tinggi dari pada lapisan I
Pada umumnya kisaran partikel density tanah – tanah mineral kecil adalah 2,6-2,93 gr/cm3. Hal ini disebabkan mineral kwarsa, feldspart dan silikat koloida yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. Jika dalam tanah terdapat mineral-mineral berat sepereti magnetik, garmet, sirkom, tourmaline dan hornblende, partikel density dapat melebihi 2,75 gr/cm3. besar ukuran dan cara teraturnya partikel tanah tidak dapat berpengaru dengan partaken density. Ini salah satu pebnyebab tanah lapisan atas mempunyai nilai partikel density yang lebih rendah dibandingkan dengan lapisan bawahnya.karena banyak mengandung bahan organik ( Hakim, 1986).
Ø  Perbedaan berdasarkan parameter pada lapisan I dan II
1.      Bulk Dencity (BD)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada tanah incepticol dari kedua lapisan sangat berbeda baik lapisan I memiliki nilai 1,03 gram/cm3 sedangkan pada lapisan II memiliki nilai sebesar 1,12,hal ini sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa tekstur tanah pada lapaisan I terdapat tanah berpasir dengan kandungan bahan organik sangat banyak. Menurut foth 1992, mengatakan bahwa bahan organik lebih ringan dari pada bahan mineral, nilai bulk dencity akan lebih rendah jika bahan organic penyusun tanah tinggi karna bahan organik dapat memperkecil porositas tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil di banding dengan bahan mineral, akan tetapi tanah yang terdapat di das mira tidak baik untuk budidaya tanaman holtikultura, sebab memiliki tanah berpasir dengan kandungan bahan organic yang rendah dikarenakan lokasi tersebut berada di dekat aliran sungai, sehingga waspada terjadinya banjir ketika terjadi hujan yang besar
2.      Partikel Dencity
Dari data diatas menunjukan bahwa nilai PD pada lapisan I dan lapisan II sangat berbeda, dimana lapisan I memiliki tingkat kerapatan partikel tanah lebih rendah dari lapisan II karena menurut harjdowigeno (1992) ia mengatakan bahwa factor yang mempengaruhi partikel dencity tanah adalah BD dan bahan organic tanah, maka partikel dencity dalam tanah tersebut akan semakin rendah begitu pula sebaliknya
3.      Porositas (% pori)
Dari data nilai diatas  dapat dikatakan bahwa kapasitas pori pada lapisan I dengan nilai 16,93 % dibandingkan dengan lapisan II dengan nilai 15,15 % hal ini di sebabkan kerapatan tanah tinggi sehingga porositas menjadi lebih kecil, pada umumnya dalam tanah ada dua macam pori, pori makro dan pori mikro, meskipun ada garis batas yang jelas. Jumlah persen (%) pori yang terdapat pada tanah yang ada di Desa kusu Oba merupakan pori mikro untuk lapisan I karena pada hasil percobaan yang dilakukan dilaboratorium ternyata didapat hasil lapisan I lebih kecil porositasnya sehingga dapat menahan dan menyimpan air dalam tanah lebih tinggi serta dapat menaikan air tanah ke permukaan perakaran tanaman, dibandingkan dengan porositas yang dimiliki oleh lapisan II atau pori makro lebih dominan pada lapisan II,sehingga kurang mampu menahan dan menyimpan air dan draenase cepat (Yulius,dkk.1985)
4.      Field capacyti (FC)
Dari data diatas, FC untuk lapisan I lebih tinggi dengan nilai 40 % dibandingkan FC pada lapisan II dengan nilai 25 %. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekstur dan kadar bahan organik pada kedua lapisan tersebut, dimana tekstur lapisan I lebih kasar dari pada lapisan II begitu pula kadar bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan  lapisan II. Semakin halus tekstur serta semakin banyak kadar bahan organik maka kapasitas lapangnya semakin besar.
Kadar bahan organic yang terdapat dalam tanah mempengaruhi nilai field capacity. Tanah dengan kadar bahan organic tinggi akan semakin banyak menyimpan air untuk proses pembusukan bahan utama organic. Sehingga tanah dengan kadar bahan organic tinggi memiliki nilai FC yang tinggi pula. Oleh karena itu, tanah dengan kadar bahan orgaik tinggi sudah tentu mempunyai kapasitas lapang serta kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tinggi pula.












V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
            Berdasarkan urutan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut
1.       BD pada Lapisan  II lebih tinggi dari  pada lapisan I
2.      PD  pada Lapaisan  II Tinggi dari  pada lapisan I
3.      Field Capasity pada lapisan I lebih tinggi dari pada lapisan II rendah
4.      nilai porositas tanah pada lapisan I lebih tinggi dari lapisan  II
B. SARAN
            Adapun saran dari praktikum ini agar bisa mengambil sampel tanah bukan Cuma satu lokasi tetapi dilokasi-lokasi lain sehingga dapat dibuat perbandingan atau perbedaan yang nyata terhadap lokasi-lokasi tanah tersebut dengan BD,PD,FC, dan %pori yang berbeda.











DAFTAR PUSTAKA


Arsyad,S 2000 Konservasi Tanah Dan Airinstitut Pertanian Bogor Press.Bogor
Buckman and Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta.
Foth, Henry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogakarta.
Hardjowigeno.2003 ilmu tanah.PT media tamah sarana.jakarta
Hakim, N., dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
Hartati,TT.2001 perbaikan sifat psament melalui perbaikan bahan andisol dan limbah olahan sagu program pasca sarjana fakultas pertanaian universitas gajah mada.yogyakart.(tesis)
Hanafiah, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. PT.Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
Poetra Kartasa dkk 1991. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah Dan Tanah Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.
Pairunan, dkk., 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur. Makasar.
Poerwowidodo.1990.tanah-tanah utama Indonesia.pustaka jaya.jakarta
Sarief,s 1990.dasar dasar ilmu tanah.Armico.Bandung






LAMPIRAN
1.       HASIL PENGAMATAN DI LABORATORIUM
TABEL II hasil pengamatan bulk density,partikel denseity,% field capacity,%pori
no
sampel tanah
volume (cm)
berat (gram)
i
ii
Iii
iv
v
1
I
288,64
520
850
300
160
360
2
Ii
248,23
500
520
280
170
330
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2014
Menghitung volume ring sample Lapisan I dn II

Flowchart: Magnetic Disk: Ring Sampel
d = 7,3 cm
=
x6,9                                           
t= 6,9  cm


                         









LAPISAN I
3

Cm3


= 40 %


Flowchart: Magnetic Disk: Ring Sampel
d = 7,2 cm
=
=3,14(3,6)2x6,1
 =248,23                                                                                                                               t=6,1

LAPISAN II

   
 = 1,12 Cm3

Cm3

= 25 %                                                                                                                                                                  
DOKUMENTASI KELOMPOK  VI (Enam)
 
Rounded Rectangle: PROSES KERING OVEN SELAMA 24 JAM DENGAN SUHU 105OCRounded Rectangle: PROSES PENIMBANGAN BERAT TANAH YANG SEBELUM DIJENUHKAN                      



Rounded Rectangle: PRSES PENIMBANAGN TANAH SETELAH KERING OVENRounded Rectangle: PROSES PENJENUHAN SAMPEL TANAH 
TAK TERGANGGU