Senin, 10 Oktober 2016

LAPORAN PENGARUH DOSIS PUPUK KCL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

LAPORAN ASER Y.K.NEROTOUW

I.     PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tanah mempunyai arti yang sangat luas.tergantung yang berkepentingan dari segi pertanian tanah dipandang sebagai alat pertanian sehingga diartikan sebagai media alam bagi tempat tumbuhnya tanaman atau bentuk organik di tumbuhi tanaman baik tetap maupun sementara (Darmawijaya, 1990), tanah terdapat jenis dengan sifat-sifat kesuburan yang berbeda,sehingga akan memberi dukungan yang berbeda pula terdapat pertumbuhan tanaman yag diusahakan.Beberapa syarat tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang baik yaitu kemampuan menyediakan hara,bentuk hara tersedia yang dapat diserap tanaman dan kemudian pemindahan unsur hara ke akar tanaman (Pairunan, 1985).
Inceptisol merupakan tanah mudah,tetapi lebih berkembang dari pada Entisol.Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan.Umumnya mempunyai horizon kambik.Tanah ini belum berkembang lanjut,sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur (Munir,1996).Tanah Inceptisol belum dikatakan matang dan masih banyak yang mempunyai bahan induknya (Hardjowigeno,1987).
Tanah Inceptisol termasuk tanah yang cukup subur,namun tanah ini juga masih mengalami kelemahan yang perlu diperhatikan baik tingkat kesuburan,dan sifat fisik,sehingga diperlukan pemberian pupuk organik.Selain itu Tanah Inceptisol ketika telah mengalami beberapa kali pengolahan tanah maka tingkat kesuburannya semakin menurun.
Tanah Inceptisol adalah tanah belum mengalami perkembangan,tanah ini umumnya terbentuk dari pengedapan baru atau tanah-tanah yang mengalami proses erosi secara kontinyu sehingga seolah-olah terjadi pemindahan kembali,pada tanah ini terdapat epipedonokhrik,histik atau sulfuric, tanah inceptisol endapan sungai atau rawa-rawa pantai (Hardjowigeno,1993) tanah yang berasal dari bahan alluvial merupakan tanah yang subur.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (Mineral).Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun terbentuk silinder berongga.Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang  yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.Tanaman ini dapat ditanam didataran rendah dan dataran tinggi yang tidak lebih dari 1200 m dpl.Di dataran tinggi umbinya lebih kecil dibanding di dataran rendah (BPPT, 2007 ).
Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak. Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lainnya adalah sebagai obat tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida.
Produksi bawang merah pada provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 sebesar 219 ton,dengan luas panen sebesar 271 hektar,dan rata-rata produkstivitas sebesar 0,81 ton per hektar.Di bandingkan tahun 2013,produksi meningkat sebesar 95 ton (76,61%).Peningkatan disebabkan naikya luas panen seluas 141 hektar (108,46%),meskipun produktivitas mengalami penurunana seesar 0,14 ton per hektar (14,93 %) dibandingan tahun 2013.Untuk memenuhi kebutuhan pasar,bawang merah di  (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia)
Di Indonesia, daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan dengan penambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya belinya. Selain itu, dengan semakin berkembangnya industri makanan jadi maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya.
Selain sentra produksi, produtivitas lahan sebagai media tanam bawang merah pun perlu ditingkatkan. Hal ini karena rendahnya hasil bawang merah juga dipengaruhi oleh produktivitas lahan yang semakin rendah karena kandungan unsur hara dalam tanah semakin sedikit dan cara pemupukan pada tanaman yang tidak bijak. Pemupukan pada dasarnya sangat diperlukan tanaman untuk memberikan konstribusi hara bagi pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Oleh karenanya pemacuan peningkatan produktivitas lebih dititik beratkan pada perbaikan sumber daya lahan berupa penambahan pupuk guna memenuhi ketidaktersediaan hara dalam tanah. Contohnya, jika tanah kekurangan unsur N yang merupakan salah satu unsur penting dalam pertumbuhan tanaman bawang merah, maka petani dapat menambahkan pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap unsur N tadi. Akan tetapi pemupukan sendiri memiliki cara dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tanaman terutama pupuk kimia. Pemberian pupuk urea yang tidak sesuai dosis dan kebutuhan tanaman dapat memperburuk pertumbuhan dan hasil bawang merah. Oleh karenanya, dipandang penting untuk melakukan praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
A.    Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl  terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah inceptisol di Kelurahan Fitu.
B.     Hipotesis
Adapun hipotesis dari praktikum ini diantaranya :
1.      Dengan dosis KCl yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
2.      Salah satu dosis KCl memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.








II.                TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Tentang Bawang Merah
Tanaman bawang merah  yakni berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan. Tanaman bawang merah (Allium ascalanicum L) merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah, yang telah dibudidayakan semenjak 5.000 tahun yang lalu.
Masyarakat Indonesia mengenal bawang sebagai salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan dari masakan makanan sehari-hari, selalu menggunakan bumbu bawang merah atau pun bawang putih. Dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia mengenal bawang merah ini.
Kebutuhan akan bahan pangan kian meningkat sejalan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya akan makanan, khususnya bawang merah yang merupakan bahan yang tidak bisa terlepas dari bahan makanan yang lainnya ( Rukmana, 1994 ).
Bawang merah (bahasa Inggris:Shallot) dikelaskan dalam familiAlliaceae dalam orderAsparagales. Nama saintifiknya adalah Allium cepa var. aggregatum. Bawang merah adalah lebih kecil dan lebih manis dari bawang besar. Bawang merah merupakan sejenis tanaman semusim, memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk daripada pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsinya, membesar dan akhirnya membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu (BPPT, 2007).
B.            Klasifikasi Tanaman Bawang Merah  (Allium ascalanicum L)
Menurut Rahayu dan Berlin (1999) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Ordo                : Liliales
Family             : Liliaceae
Genus              : Alium
Spesises           : Alium ascalanicum L
Tanaman bawang merah merupakan salah satu dari tiga anggota genus allium yang paling dikenal oleh masyarakat dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, selain bawang putih dan bawang merah. Bawang merah yang tergolong ke dalam genius allium ini mempunyai sangat banyak spesies.
Bawang merah termasuk golongan tanaman semusim (berumur pendek) yang membentuk rumpun, berupa tanaman ternah rendah yang tumbuh rendah dengan tinggi sekitar 20-40 cm (Anonim, 2009).
C.           Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Alium ascalanicum L)
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, berstruktur redah, dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol,pH 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 32), curah hujan 300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %  ( Deptan. 2007).
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan lapisan tanah yang gembur, memperbaikidrainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 - 60 cm.Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
Penyediaan Bibit
Umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang cukup tua yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.

Penanaman
Penaaman bawang merah sebaiknya dilakukan setelah 7 hari pemberian pupuk kandang, Teknis penanaman yaitu dengan membenamkan 2/3 bagian bibit (umbi) ke dalam tanah. Penyiraman tanah perlu dilakukan sebelum maupun sesudah tanam. Untuk mencengah bibit yang baru ditanam busuk, perlu ditaburkan Dithane M-45 atau abu dapur ke bedengan. Dithane M-45 juga dapat disemprotkan ke permukaan bedengan.  
Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, KCl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.
Pengairan
Tanaman bawang membutuhkan air yang cukup dalam pertumbuhannya. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, sejak tanam sampai menjelang panen.
Penyiangan dan Pembubunan
Menyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, minimal dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan. Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan kondisi umbi sampai muncul ke permukaan tanah.
D.           Peran pupuk KCl terhadap tanaman.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (Mineral).Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Unsur K didalam pupuk KCl mempunyai fungsi dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembentukan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhui penyerapan unsur unsur lain, mempengaruhi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta perkembangan akar (Hardjowigeno,1992).
Gejala kekurangan kalium dapat ditunjukkan, yaitu daun terlihat lebih tua, batang dan cabang lemah dan mudah rebah, muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua yang akhirnya mengering dan rontok, warna buah tidak merata, dan tidak tahan disimpan  lama serta biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002). Pada tanaman jagung kekurangan kalium akan menyebabkan tongkol kecil dan pembentukan pati kurang sempurna(Amon, 1975).
Endapan tambang kaliun yang sangat terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4-  karena umumnya tercampur dengan bahan lain , serta kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung  K2O sampai 60%. Jenis inilah yang paling banyak dipasaran. Salah satu jenis pupuk kalium yang sudah dikenal di kalangan petani adalah KCl. Pupuk KCl yang selama  ini dikenal sebenarnya bukan termasuk  ke dalam kelompok pupuk buatan karena sebagian besar prosesnya masih bersifat alami. Adapun unsur pabrik di dalamnya hanya berperan secara fisik terhadap pupuk tersebut. Sehingga KCl termasuk kedalam kelompok pupuk kimia alami (Marsono dan Sigit, 2001).
Umumnya sebagai bahan pupuk kalium yang banyak digunakan adalah KCl , hal ini disebabkan karena sifat KCl yang baik , yaitu KCl relatif murah, KCl seluruhnya dapat larut dalam air dan mudah tersedia , anion yang mengikutinya tidak memberikan pengaruh negatif terhadap tanah dan tanaman . KCl mengandung 50%-62% K2O (Hakim, dkk, 1986).
Unsur kalium merupakan unsur mobil di dalam tanaman yang biasanya ditranslokasikan ke dalam jaringan meristematik muda. Unsur kalium berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sampai batas tertentu. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah faktor genetik dan faktor lingkungan (Lubis, dkk, 1986;Nyakpa, dkk, 1988).
Tersedianya unsur kalium bagi tanaman yang diikuti dengan cukupnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman dapat memacu proses fisiologis bagi tanaman tersebut. Kalium dan air terlibat langsung dalam sistem energi tanaman pada 2 sisi penting produksi dan penggunaan energi yaitu dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Dalam proses fotosintesis akan dihasilkan sejumlah asimilat yang disimpan dalam bentuk gula sederhana dan dalam proses respirasi gula tersebut akan dirombak dan dihasilkan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman. Fotosintesis akan berlangsung lambat jika tanaman kahat unsur K dengan cara mempengaruhi keseimbangan muatan elektrik yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam kloroplas. Pembukaan stomata  salah satunya sangat dipengaruhi oleh keberadaan kation K+ dan air, oleh karena itu apabila ketersediaan unsur K dan air di dalam tanaman cukup tersedia maka akan dapat memacu laju fotosintesis . Hasil fotosintesis akan ditransportasikan dari daun ketempat-tempat yang membutuhkan baik digunakan untuk pertumbuhan maupun disimpan dalam organ penyimpanan seperti tongkol (Suminarti,1999).
Pupuk KCl termasuk pupuk anorganik, dibandingkan dengan pupuk organik, pupuk anorganik mempunyai keunggulan antara lain yaitu, kandungan zat haranya  dapat ditentukan sesuai dengan yang diharapkan, pemberiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, tersedia dalam jumlah yang banyak, praktis dalam transportasi dan menghemat ongkos angkut, serta beberapa jenis pupuk anorganik langsung dapat diaplikasikan sehingga menghemat waktu (Prihmantoro,2001).
Sifat pupuk KCl yaitu mudah terikat oleh molekul lain, tidak mudah larut dan lambat tersedia bagi tanaman. Untuk pertanaman jagung manis biasanya digunakan dosis 150 kg K2O/ha atau 250 kg KCl/ha, sedangkan untuk per tanaman disesuakan dengan jarak tanam yang digunakan (Anonimus, 2002;Sutejo,2002).











II.            BAHAN DAN METODE

A.    Tempat dan Waktu
Praktikum kesuburan tanah dan nutrisi tanaman ini dilaksanakan di kebun percontohan Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate yang berlokasi di Kelurahan Fitu Kota Ternate Selatan dan berlangsung dari bulan Februari hingga bulan juni 2016.
B.     Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parang, cangkul, sekop, ember, kantung plastik, gembor, papan nama (kelompok, perlakuan dan sampel), kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan diantaranya pupuk kandang kambing, pupuk KCl, benih bawang merah dan air.
C.    Metode Praktikum
Praktikum ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan pola tunggal/sederhana yang terdiri dari 5 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Level perlakuan sebagai berikut :
A0 = tanpa pupuk KCl (kontrol)
A1 = 100 kg/Ha atau 50 gr/petak
A2 = 200 kg/Ha atau 100 gr/petak
A3 = 300 kg/Ha atau 150 gr/petak
A4 = 400 kg/Ha atau 200 gr/petak
Sesuai dengan rancangan yang digunakan, maka model matematis RAK menurut Hanafiah (2001) adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij       : hasil pengamatan pada ulangan I, II, III dan IV
µ         : nilai tengah umum
αi        : pengaruh perlakuan ke-i
βj        : pengaruh kelompok ke-j
εij     : galat percobaan dari percobaan ke-i dan ulangan ke-j
D.    Pelaksanaan Praktikum
Adapun pelaksanaan dari praktikum ini ialah sebagai berikut.
1.      Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul dan sekop, kemudian dibuat bedengan atau petakan denah ukuran 2m x 1m.
2.      Pemupukan
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang Kambing dengan dosis 10 ton/Ha atau 2 kg/petak. Untuk dosis pupuk perlakuan yaitu pupuk KCl diberikan pada saat tanam,sesuai dosis perlakuan masing-masing,dengan cara in the row (larikan).
3.      Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi ; Penyiraman, penyiangan, penyulaman, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 60 HST. Penyiangan dilakukan setiap 7 hari dengan tujuan mengurangi kompetisi tanaman dengan gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang tumbuh abnormal. Pembumbunan dilakukan untuk menjaga sirkulasi air dan udara dalam pori tanah. Pengendalian hama penyakit dilakukan bila terlihat gejala serangan hama-penyakit.
4.      Panen
Panen tanaman bawang merah pada umur 65-70 HST (Matang Fisiologis).
E.       Pengamatan
Parameter pengamatan antara lain :
a.       Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
b.      Jumlah daun (helai) dihitung jumlah daun yang terbentuk.
c.       Berat umbi basah (kg) per petak, ditimbang saat panen.
d.      Berat umbi kering (kg) per petak, ditimbang setelah dikeringudarakan selama 4 hari.
F.     Teknik Analisis Data
Data pengamatan dianalisis dengan analisis of varian (Annova) atau sidik ragam, bila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT  ɑ 0,05).









III.      HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
1.      Tinggi Tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman bawang merah pada umur 19, 38 dan 57 HST (Hari Setelah Tanam). Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1.Pengaruh berbagai dosis pupuk KCl terhadap tinggi tanaman     bawang merah 19, 38 dan 57 HST
Grafik 1 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl (A4) pada umur 19 HST cenderung memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Sedangkan pada umur 38 sampai dengan 57 HST perlakuan tanpa pupuk  KCl (A0) cenderung memiliki pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
2.             Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl memberikan pengaruh  tidak  nyata terhadap parameter jumlah daun bawang merah pada umur 38 dan 57 HST (Hari Setelah Tanam), tetapi perlakuan dosis KCl 19 HST memberikan pengaruh sangat nyata (lampiran 3) . Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 : Pengaruh Pupuk KCl Terhadap Jumlah Daun 19 HST
Perlakuan
Rata -rata


A0
4,55 c

A1
8,00 b

A2
10,16 a

A3
5,10 c

A4
4,80 c

BNT 0,05
0,43

Keterangan : Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
                     sama  menunjukan tidak berbeda nyata pada UJI BNT 5 %.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur 19 HST perlakuan A2 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, ( A0,A1, A3, dan A4 ), Perlakuan A1 berbeda nyata dengan perlakuan A0,A3 dan A4, Sedangkan A0, A3 dan A4 tidak berbeda nyata

3.             Berat Basah Umbi Bawang Merah Pada Saat Panen.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl Al memberikan pengaruh yang tidak  nyata terhadap parameter berat basah umbi tanaman bawang merah (gr/petak) saat panen. Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik 2.
Grafik 2. Berat Basah Umbi  Tanaman Bawang Merah (gr/petak)
    
Grafik 2 menunjukkan bahwa perlakuan A1 cenderung memberikan berat umbi basa yang lebih berat dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
4.    Berat Kering Umbi Bawang Merah 4 HSP (Hari Setelah Panen).
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl memberikan pengaruh yang tidak  nyata terhadap parameter berat kering umbi tanaman bawang merah (gr/petak) setelah dikering udarakan selama 4 HSP. Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik 3.
        Grafik 3. Berat Kering Umbi  Tanaman Bawang Merah

Grafik 3 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk KCl (A0) cenderung memberikan berat kering  yang lebih berat dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
B.       Pembahasan
1.      Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tinggi tanaman terjadi sebagai akibat perpanjangan sel-sel meristem salah satunya ditentukan oleh tingkat ketersediaan unsur hara. Oleh karena ketersediaan unsur hara merupakan komponen penting dalam proses metabolisme tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik tanaman  (Tisdale dan Nelson, 1962 dalam Nyapka dkk, 1988).
Hasil praktikum menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk KCl memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur 19, 38, dan 57  HST. Hal ini di sebabkan oleh ketersediaan unsur hara yang cukup baik untuk menyuplai pertumbuhan tinggi tanaman. Disisi lain pengaruh dari pemberian dosis pupuk KCl relatif kecil pada parameter tinggi tanaman. Sehingga terlihat pertambahan tinggi tanaman bawang merah yang cenderung merata atau relatif seragam.
2.      Jumlah Daun (helai)
Dilihat dari pengamatan jumlah  daun dari umur 19, 38 dan 57 HST memberikan jumlah daun dari hari ke hari semakin meningkat. Parameter jumlah daun berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl 100 gr/petak ( A2 ) memberikan pengaruh berbeda  nyata dengan perlakuan lainya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa kandungan K yang diserap oleh tanaman cukup terpenuhi pada perlakuan dosis pupuk  tersebut.Disisi lain makin tinggi dosis pupuk KCl yang di berikan 150  gr/ petak ( A3 ) dan 200 gr/ petak ( A4 ) cenderung jumlah daun berkurang
3.      Berat Basah Umbi
Hasil praktikum menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan dosis pupuk KCl terhadap berat umbi basah tanaman bawang merah saat panen menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata pada setiap perlakuan. Tetapi perlakuan A1 dengan dosis 50 gr/petak cenderung memberikan hasil yang lebih baik terhadap berat umbi basah tanaman bawang merah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini diasumsikan bahwa kadar K dalam pupuk KCl dengan dosis 50 gr/petak cukup untuk menopang pertambahan berat umbi basah pada saat panen. Meningkatnya produktivitas metabolisme pada tanaman menyebabkan akar lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air yang mengakibatkan bertambahnya berat umbi. Hal ini dikarenakan berat basah umbi dipengaruhi oleh komposisi senyawa kimia dalam umbi.
4.      Berat Kering Umbi
Hasil berat umbi setelah dikering udarakan selama 4 hari menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (A0) cenderung memberikan hasil yang lebih berat terhadap berat umbi kering tanaman bawang merah dibandingkan dengan perlakuan lainnya (A1, A2, A3 dan A4 ). Hal ini dikarenakan tingkat ketersediaan hara dalam tanah relatif cukup, sehingga dapat menopang pertumbuhan umbi dan  pengisian umbi yang relatif sempurna.
Beberapa faktor yang mempengruh ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total.pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik dan kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olson and Sander 1988).
Menurut Hardjowigeno (2003), bahwa unsur hara yang diserap tanaman digunakan antara lain untuk menyusun bagian-bagian tumbuh tanaman. Jumlaj unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tuuh tanaman tersebut berbeda untuk setiap jenis tanaman maupun untuk tanaman yang sama dengan tingkat produksi yang berbeda.

Rata-rata produksi bawang merah pada masing-masing dosis perlakuan antara lain A0 (0 gram/petak) adalah 1,21 kg/tanaman setara dengan 6,05 ton.ha-1,  A1 (50 gr/petak) adalah 1,13 kg/tanaman setara dengan 5,65 ton.ha-1, A2 (100 gr/petak) adalah 1,14 kg/tanaman setara dengan 5,70.ha-1, A3 (150 gr/petak) adalah 0,97kg/tanaman setara dengan 4,85 ton.ha-1 dan  A4 (200 gr/petak) adalah 0,78 kg/tanaman setara dengan 3,9ton.ha-1. Dengan demikian rata-rata produksi yang diperoleh yaitu antara 6,05 ton.ha-1 5,70ton/ha. Sehingga dari hasil rata-rata produksi tanaman bawang merah di atas rata – rata. Produksi bawang merah pada provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 sebesar 219 ton,dengan luas panen sebesar 271 hektar,dan rata-rata produkstivitas sebesar 0,81 ton per hektar. Dan di bawah rata – rata untuk tingkat produksi nasional bawang merah pada tahun 2013 dari luas panen 94.898 ha produksi mencapai 958.595 ton dengan produktifitas 10,10 ton/ha.










KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
1.      Pemberian dosis pupuk  KCl memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun bawang 19 HST.
2.      Perlakuan A0 tanpa pupuk KCl (kontrol) cenderung memberikan pertumbuhan berat segar umbi saat panen dan berat kering umbi yang lebih baik dibandingan dengan perlakuan lainnya.
3.      Rata-rata produksi berkisar antara 6,05 ton/ha sampai dengan 5,70 ton/ha.
B.     Saran
     Pembahasan maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis pupuk KCl yang lebih tinggi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah.








DAFTAR PUSTAKA
AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007. Teknologi budidaya tanaman pangan.
Amon,I.,1975. Mineral Nutrion of Maize. International Potash Institute,                                         Switzerland.
Anonim . 2009. Pedoman Bertanam Bawang Merah. CV. Yrama Widya. Bandung
Anonimus,2002.Sweet Corn Baby  Corn. Penebar Swadaya, Jakarta.
Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah Dan Pelaksanaan pertanian Di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada Univ. Press. Bulaksumur.
Deptan. 2007. Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa OPT Benih hortilkultura.
Gasperz., 1991. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Grafindo Persada. Jakarta.
Hakim, N., M.Y Nyakpa , A.M. Lubis , S.G Nugroho, M.R. Saul, M.A Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey, 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung Press, Lampung.   
Hardjowigeno, S. 1987.Ilmu Tanah.  PT. Melton Putra Jakarta.
____________, S. 1993.Dasar-Dasar Ilmu Tanah PT.Medyatama sarana perkasa Jakarta.
Lubis, A.M .,A.G Amrah, M.A Pulung dan N. Hakim, 1986 Pupuk dan Pemupukan, UISU, Medan
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.  Penerbit. PT. Agromedia Pustaka.Jakarta.
Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograph Agronomy
                    Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686.

Pairunan, 1985. Penetapan Bahan Organik. Penerbit Universitas. Lampung

Prihmantoro, H., 2001. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya Jakarta.

Rahayu, E, dan Berlian, N. V. A, 1999.Teknologi Produksi Bawang Merah, Bogor
Rukmana, 1994. Bawang Merah, Budidaya, Pengolahan dan Pascapanen, Penerbit Kanisius Yogyakarta, 72 Hal.
Soepardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sutejo, M. M, Kartasapoetra 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Suwandi dan Kosestomi,1990. Efisiensi Pemupukan Pada Bawang merah. Bull   Penelitian Hort xix (1) 1-15.





















LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Layout Percobaan

I                       II                     III                    IV
A2
A2
A2
A4
A3
A1
A0
A4
A4
A0
A3
A2
A1
A0
A3
A3
A1
A1
A0
A4
 














            Keterangan : I, II, III, IV. Kelompok                                      
                                     A0, A1, A2, A3, A4 .  Perlakuan                        U

                                                                                  T                          B
                                                                                                S


Lampiran 2. Data Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 19-57 HST dan Anova

Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) pada umur 19 HST

Perlakuan
Kelompok
Total

Rata-rata
I
II
III
IV
A0
10,64
7,24
10,12
3,50
31,50

7,88
A1
9,00
10,24
5,60
4,16
29,00

7,25
A2
12,42
8,86
6,90
5,10
33,28

8,32
A3
8,82
8,66
9,38
5,68
32,54

8,14
A4
9,16
9,90
10,08
14,66
43,80

10,95
Total
50,0
44,9
42,1
33,10
170,12

8,51

Tabel 3. Analisis varian tinggi tanaman (cm) pada umur 19 HST
SK
db

JK

KT
Fhit
F tab
0,05
0,01
Kelompok
3

30,23

10,08
1,46
3,49
5,95
Perlakuan
4

32,48

8,12
1,18
3,26
5,41
Galat
12

82,91

6,91



Total
19

145,62






Tabel 4. Tinggi tanaman pada (cm) umur 38 HST
Perlakuan


Kelompok
Total
Rata-rata


I

II
III
IV


A0

27,10

20,50
24,60
26,20
98,40
24,60
A1

19,94

20,87
25,92
20,10
86,83
21,71
A2

18,62

29,76
19,86
25,44
93,68
23,42
A3

21,22

24,82
23,68
28,40
98,12
24,53
A4

20,74

20,74
27,24
22,34
91,06
22,77
Total

107,62

116,69
121,30
122,48
468,09
23,40













Tabel 5. Analisis varian tinggi tanaman (cm) pada umur 38 HST

SK
db

JK
KT
Fhit
F tab

0,05
0,01
Kelompok
3

27,32
9,11
0,69
3,49
5,95
Perlakuan
4

23,93
5,98
0,46
3,26
5,41
Galat
12

157,59
13,13



Total
19

208,83





Tabel 6. Tinggi tanaman (cm) pada umur 57 HST
Perlakuan
Kelompok
Total
Rata-rata
I

II
III
IV
A0
31,84

39,22
30,40
38,68
140,14
35,04
A1
30,40

28,94
33,38
27,82
120,54
30,14
A2
26,00

35,28
33,82
36,64
131,74
32,94
A3
26,40

34,48
34,46
37,82
133,16
33,29
A4
27,20

28,60
32,74
29,06
117,60
29,40
Total
141,84

166,52
164,80
170,02
643,18
32,16

Tabel 7 .Analisis varian tinggi tanaman (cm) pada umur 57 HST

SK

db

JK
KT
Fhit
F tab



0,05
0,01
Kelompok

3

98,64
32,88
2,88
3,49
5,95
Perlakuan

4

87,45
21,86
1,92
3,26
5,41
Galat

12

136,87
11,41



Total

19

322,96









Tabel 8. Data rata-rata dari tinggi tanaman (cm) pada umur 19-57 HST

Perlakuan
Rata-rata
19 HST
38 HST
57 HST
A0
7,88
24,60
35,04
A1
7,25
21,71
30,14
A2
8,32
23,42
32,94
A3
8,14
24,53
33,29
A4
10,95
22,77
29,40
Total
8,51
23,40
32,16

Lampiran 3. Data Pengamatan Parameter Jumlah Daun (helai) pada Umur 19-57 HST dan Anova

Tabel 9. Jumlah daun (helai) pada umur 19 HST
Perlakuan
Kelompok
Total
Rata-rata
I
II
III
IV
A0
5,00
3,20
5,80
4,20
18,20
4,55
A1
3,80
3,40
7,60
5,20
20,00
8,00
A2
5,00
6,20
9,00
5,20
25,40
10,16
A3
5,40
4,40
4,20
6,40
20,40
5,10
A4
4,40
5,20
5,40
4,20
19,20
4,80
Total
23,6
22,4
32,0
25,20
103,20
6,52

Tabel 10. Analisis varian jumlah daun pada umur 19 HST
SK
db
JK
KT
Fhit
F tab
0,05
0,01
Kelompok
3
11,04
3,68
10,18
3,49
5,95
Perlakuan
4
7,79
1,95
5,38
3,26
5,41
Galat
12
4,34
0,36



Total
19
23,17




KK
9,22






Tabel 11. Jumlah daun (helai) pada umur 38 HST
Perlakuan
Kelompok
Total
Rata-rata
I
II
III
IV
A0
17,40
10,80
16,00
21,00
65,20
16,30
A1
10,80
10,60
23,40
14,80
59,60
14,90
A2
10,40
17,80
13,20
15,20
56,60
14,15
A3
15,40
10,00
14,60
22,20
62,20
15,55
A4
11,80
9,00
16,20
6,60
43,60
10,90
Total
65,80
58,20
83,40
79,80
287,20
14,36

Tabel 12. Analisis varian jumlah daun pada umur 38 HST
SK
db
JK
KT
Fhit
F tab

0,05
0,01
Kelompok
3
83,90
27,97
1,44
3,49
5,95
Perlakuan
4
69,95
17,49
0,90
3,26
5,41
Galat
12
233,64
19,47



Total
19
387,49




KK
30,73






Tabel 13. Jumlah daun (helai) pada umur 57 HST
Perlakuan
Kelompok
Total
Rata-rata
I
II
III
IV
A0
20,40
42,20
19,20
37,60
119,40
29,85
A1
21,20
22,40
29,00
28,00
100,60
25,15
A2
12,40
20,40
25,60
31,20
89,60
22,40
A3
17,00
18,00
27,40
31,40
93,80
23,45
A4
15,80
15,80
22,80
15,00
69,40
17,35
Total
86,80
118,80
124,00
143,20
472,80
23,64







Tabel 14. Analisis varian jumlah daun pada umur 57 HST
SK
db
JK
KT
Fhit
F tab

0,05
0,01
Kelompok
3
328,99
109,66
2,56
3,49
5,95
Perlakuan
4
327,93
81,98
1,91
3,26
5,41
Galat
12
514,25
42,85



Total
19
1171,17




KK
27,69






Tabel 15. Data rata-rata dari jumlah daun  (Helai) pada umur 19-57 HST

Perlakuan

Rata-rata
19 HST
38 HST
57 HST
A0
4,55
16,3
29,85
A1
8
14,9
25,15
A2
10,16
14,15
22,4
A3
5,1
15,55
23,45
A4
4,8
10,9
17,35
Total
32,61
14,36
23,64



Lampiran 4. Data Pengamatan Parameter Berat Umbi (gr) dan Anova

Tabel 16. Berat basah umbi saat panen (kg)

Perlakuan
Berat Basah Umbi
Jumlah
Rata-rata
I
II
III
IV
A0
0,90
1,30
1,10
2,35
5,65
1,41
A1
1,15
1,60
1,45
1,50
5,70
1,43
A2
0,40
1,60
1,30
1,90
5,20
1,30
A3
1,80
0,90
1,90
1,00
5,60
1,40
A4
1,70
1,00
1,25
0,70
4,65
1,16
jumlah
6,0
6,4
7,0
7,45
26,80
1,34

Tabel 17. Analisis varian berat basah umbi

SK
db
JK
KT
Fhit
F tab

0,05
0,01
Kelompok
3
0,26
0,09
0,28
3,49
5,95
Perlakuan
4
0,20
0,05
0,16
3,26
5,41
Galat
12
3,72
0,31



Total
19
4,18




KK
41,55






Tabel 18. Berat kering umbi (kg)

Perlakuan
Berat Kering Umbi
Jumlah
Rata-rata
I
II
III
IV
A0
0,80
1,20
0,95
1,90
4,85
1,21
A1
0,90
1,40
1,30
0,90
4,50
1,13
A2
0,35
1,50
1,20
1,50
4,55
1,14
A3
0,65
0,83
1,65
0,75
3,88
0,97
A4
0,80
0,60
1,15
0,55
3,10
0,78
jumlah
3,5
5,5
6,3
5,60
20,88
1,04

Tabel 19. Analisis varian berat umbi kering
SK
db
JK
KT
Fhit
F tab

0,05
0,01
Kelompok
3
0,85
0,28
1,88
3,49
5,95
Perlakuan
4
0,49
0,12
0,81
3,26
5,41
Galat
12
1,81
0,15



Total
19





       KK
37,20












Lampiran 5. Perhitungan Konversi Petak Ke Hektar (Ha) dan Perhitungan                          Dosis Pupuk

Dengan rumus : Dosis/petak =
Dengan rumus : Konversi petak ke Ha =  petak
Panen I
AO : Konversi petak ke Ha =   
                                             =  6050kg  = 6,05 ton/ha
A1 : Konversi petak ke Ha =  /petak
                                            =  5650kg = 5,65ton/ha
A2 : Konversi petak ke Ha =   
                                            = 5700kg  = 5,70ton/ha
A3 : Konversi petak ke Ha =   
                                            =  4850kg = 4,85 ton/ha
A4 : Konversi petak ke Ha =   
                                            =  3900kg = 3,9 ton/ha








Tidak ada komentar:

Posting Komentar