Tugas : Geomorfologi dan
Analisis Landscape
BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
Oleh
Aser Y.K.Nerotouw
0431 13 11 049
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2015
BENTUK LAHAN ASAL
DENUDASIONAL
1.
Definisi Bentuk Lahan asal Denudasional
Denudasi berasal
dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses
penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses
pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang
terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42).
Proses degradasi
cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan
kenaikan permukaan bumi. . Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan
dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses
erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah
proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau dekat
permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi
manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses
pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan
komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi
kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol
pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan iklim.
Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan dedasuonal M. W.
Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan
struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut
maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda,
stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasi
merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut
dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa
pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi,
pengangkutan dan gerakan massa.
Proses ini lebih sering terjadi pada satuan
perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi
menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial
dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada
perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan
struktural denudasional.
Proses
denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang
relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya
topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak
miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi
lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses
geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi
akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk
lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung dengan
batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk
strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian
bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan
mempertimbangkan : batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
-
Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
v Relief sangat
jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
v
Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
v
Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
v Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran
menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.
v Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci
satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan
tipe proses.
2.
Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal
Denudasional.
Denudasi
meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.
Ø
Pelapukan
Pelapukan
(weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca,
sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat
(fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum,
pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah
proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi
lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan
terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu
bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah
berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah
terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya
sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat
dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain.
Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan
hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelapukan adalah:
o
Jenis batuan (kandungan mineral,
retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih
lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan
yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
-
Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah
-
Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
o
Iklim, terutama tenperatur dan curah
hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :
-
Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
-
Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
-
Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
o Vegetasi,
atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan
batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
-
Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan
pecah.
- Secara kimiawi
tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat
mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat
pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan
mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada
batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah
sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan
dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
o Topografi
Topografi yang kemiringannya besar
dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan
mempercepat proses pelapukan.
o Jenis-jenis
pelapukan
o Pelapukan
fisik (mekanis),
yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan
petir), atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan.
o Pelapukan
kimiawi,
yaitu pelapukan
yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas
asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang
menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas pelapukan kimiawi yaitu:
Komposisi
batuan
·
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan
air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah
bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat lapuk daripada
mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
·
Iklim
Daerah
yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
·
Ukuran batuan
Makin
kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
·
Ukuran batuan
Makin
kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
o Pelapukan
organik
yaitu
pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut. Pengaruh yang
disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi.
Pengaruh
sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang
dapat merusak tanah disekitarnya.
Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam
yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat
asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia
juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan
maupun penambanga.
o Gerakan
massa batuan (mass wasting)
yaitu
perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang
memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan
secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada
batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada
batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya
berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya
sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan
adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh
adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
3.
Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal
a. Pegunungan Denudasional
Karakteristik
umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief)
> 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena
proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
b. Perbukitan Denudasional
Mempunyai
topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga
kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54
persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan
yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang
yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk
lereng-lereng yang sangat curam.
c. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses
denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan
lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang
hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol
oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan
penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka
disebut permukaan planasi.
d. Perbukitan Sisa Terpisah
(inselberg)
Apabila bagian
depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng
kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu
tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(.
Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
e. Kerucut Talus (Talus cones) atau
kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai
topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
f. Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah
memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan
topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki
pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki
langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat
fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air
ke daerah yang lebih rendah.
g. Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan
daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan
terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi
parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan
(rock outcrops).
h. Rombakan Kaki Lereng
Rombakan kaki
lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf
https://www.google.com/
=1&q=dataran+nyaris&btnG=
https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah ogle.com/search?q=kerucut+talus
https://www.facebook.com/dahlan.purba.5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar