AGROTEKNOLOGI 013 (ashyer Nerotouw): Geomorfologi danAnalisis Landscape
BENTU...: Tugas : Geomorfologi dan Analisis Landscape BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL Oleh Aser Y.K.Nerotouw 0431 13 11 049 ...
Rabu, 28 Oktober 2015
Tugas : Geomorfologi dan
Analisis Landscape
BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
Oleh
Aser Y.K.Nerotouw
0431 13 11 049
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2015
BENTUK LAHAN ASAL
DENUDASIONAL
1.
Definisi Bentuk Lahan asal Denudasional
Denudasi berasal
dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses
penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses
pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang
terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42).
Proses degradasi
cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan
kenaikan permukaan bumi. . Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan
dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses
erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah
proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau dekat
permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi
manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses
pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan
komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi
kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol
pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan iklim.
Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan dedasuonal M. W.
Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan
struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut
maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda,
stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasi
merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut
dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa
pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi,
pengangkutan dan gerakan massa.
Proses ini lebih sering terjadi pada satuan
perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi
menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial
dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada
perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan
struktural denudasional.
Proses
denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang
relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya
topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak
miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi
lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses
geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi
akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk
lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung dengan
batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk
strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian
bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan
mempertimbangkan : batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
-
Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
v Relief sangat
jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
v
Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
v
Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
v Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran
menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.
v Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci
satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan
tipe proses.
2.
Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal
Denudasional.
Denudasi
meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.
Ø
Pelapukan
Pelapukan
(weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca,
sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat
(fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum,
pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah
proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi
lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan
terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu
bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah
berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah
terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya
sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat
dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain.
Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan
hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelapukan adalah:
o
Jenis batuan (kandungan mineral,
retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih
lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan
yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
-
Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah
-
Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
o
Iklim, terutama tenperatur dan curah
hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :
-
Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
-
Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
-
Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
o Vegetasi,
atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan
batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
-
Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan
pecah.
- Secara kimiawi
tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat
mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat
pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan
mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada
batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah
sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan
dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
o Topografi
Topografi yang kemiringannya besar
dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan
mempercepat proses pelapukan.
o Jenis-jenis
pelapukan
o Pelapukan
fisik (mekanis),
yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan
petir), atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan.
o Pelapukan
kimiawi,
yaitu pelapukan
yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas
asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang
menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas pelapukan kimiawi yaitu:
Komposisi
batuan
·
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan
air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah
bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat lapuk daripada
mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
·
Iklim
Daerah
yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
·
Ukuran batuan
Makin
kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
·
Ukuran batuan
Makin
kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
o Pelapukan
organik
yaitu
pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut. Pengaruh yang
disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi.
Pengaruh
sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang
dapat merusak tanah disekitarnya.
Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam
yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat
asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia
juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan
maupun penambanga.
o Gerakan
massa batuan (mass wasting)
yaitu
perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang
memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan
secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada
batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada
batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya
berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya
sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan
adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh
adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
3.
Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal
a. Pegunungan Denudasional
Karakteristik
umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief)
> 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena
proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
b. Perbukitan Denudasional
Mempunyai
topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga
kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54
persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan
yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang
yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk
lereng-lereng yang sangat curam.
c. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses
denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan
lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang
hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol
oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan
penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka
disebut permukaan planasi.
d. Perbukitan Sisa Terpisah
(inselberg)
Apabila bagian
depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng
kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu
tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(.
Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
e. Kerucut Talus (Talus cones) atau
kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai
topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
f. Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah
memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan
topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki
pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki
langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat
fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air
ke daerah yang lebih rendah.
g. Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan
daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan
terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi
parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan
(rock outcrops).
h. Rombakan Kaki Lereng
Rombakan kaki
lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf
https://www.google.com/
=1&q=dataran+nyaris&btnG=
https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah ogle.com/search?q=kerucut+talus
https://www.facebook.com/dahlan.purba.5
Rabu, 10 Juni 2015
PERBANYAKAN SECARA GENERATIF (BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG)
Laporan
Praktikum : Perbanyakan Tanaman
PERBANYAKAN SECARA GENERATIF
(BUDIDAYA
TANAMAN JAGUNG)
Oleh:
Aser Y.K.Nerotouw
0431 1311 049
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jagung di
Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah
beras. Di samping itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku
industri . Jagung yang berkembang di Indonesia saat ini memiliki kelemahan dari
segi nutrisi. Perbaikan kandungan protein pada jagung sangatlah penting untuk
daerah-daerah yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok dan bahan untuk
ternak.
Jagung
merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan
sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak
dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal.
Selain itu, varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memili-ki sifat biji
yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama
penyakit.
Berdasarkan
temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika
Tengah (Meksiko bagian selatan).
Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu
teknologi ini dibawa ke Amerika
Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah
pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays
ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam
proses domestikasinya, yang berlangsung
paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah
teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan
yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun
dirakit melalui pemuliaan tanaman.
Provinsi penghasil
jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3
jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera
Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa lainnya (NTT,
NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per
tahun.[5]Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat
(38,85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico
3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%.
Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara
lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3
juta MT.
Selain
sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan
sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah
menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah
satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi
bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
B.
Tujuan
Praktikum
Adapaun Tujuan Dari
Praktikum ini diantaranya
a. Mahasiswa
Dapat mengetahui dan mengamati petumbuhan dan prkembangan tanaman jagung
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selai gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung
bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil
bahan farmasi.
Berikut ini adalah klasiikasi
tanaman jagung Menurut Anonim DKK 1971.
Kerajaan :Plantae
(tidak termasuk) :Monocots
(tidak termasuk) :Commelinids
Ordo :Poales
Famili :Poaceae
Genus :Zea
Spesies :Z. mays
Varietas : Golden Boy
B. Morfologi Tanaman Jagung
Jagung
merupakan tanaman semusim
(annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama
dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif.
Ø
Tinggi Jagung
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.
Ø
Struktur Akar
Akar
jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman.
Ø
Struktur Batang
Batang
jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah
daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin.
Ø
Struktur Daun
Daun
jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun.
Ø
Struktur Bunga
Jagung
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan
pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
C. Syarat Tumbuh Jagung
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran
rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian
terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas
permukaan laut. a. Tanah Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena
tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh
baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik
bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan
pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam
tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui
saluran drainenase yang dibuat dinatar barisan jagung. Kemasaman tanah (pH)
yang terbaik untiik jagung adalah sekittir 5,5 - 7,0. Tanah dengan kemiringan
tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus
terhadap miringnya tanah, derigan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang
terjadi pada waktu turun hujan besar, b. Iklim Faktor-faktor iklim yang
terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan,
temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan
sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan.
Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur
optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27 C.
D. Teknik Budidaya Tanaman Jagung
Benih Benih diambil hanya dari tanaman dan tongkol
yang baik dan sehat saja. Pilihlah tongkol-tongkol yang besar, barisan biji
lurus dan penuh, tertutup rapat - oleh kelobotnya, dan cukup tua. Dari
tongkol.-tongkol terpilih, pisahkanlah biji-biji kecil yang terdapat pada
bagian pangkal dan ujung dari tongkol. Hanya biji yang rata besarnya dan sehat
saja diambil sebagai benih. Bila jumlah tongkol terpilih sangat terbatas, dapat
juga digunakan semua biji yang terdapat pada tongkol tersebut. Benih harus cukup
sehat dan kering, bertenaga tumbuh lebih dari 90%, murni dan bebas dari
kotoran. Pada dewasa ini terdapat benih-benih varitas unggul yang cocok untuk
dataran rendah dengan umur dipanen (110 hari), seperti, Harapan, Metro, Bogor
Composite-2 dan yang berumur ,genjah adalah: Penjalinan, Genjah, Kretek, Genjah
Kertas, Bogor Comopsit-10, dll dan untuk.dataran tinggi adalah: Bastar Kuning,
Bima, Pandu Kimia Putih" Rocol dan lain-lain., Waktu tanam. Waktu tanam
yang baik adalah sebagai berikut: a. Ditegalan, jagung ditanam pada musim
labuhan/ permulaan musim hujan yaitu. pada bulan September/Nopember. Pengerjaan
tanah hendaknya dilakukan jauh sebelumnya, sehingga tanah dalam keadaan siap
tanam. Pada waktu hujan sudah mulai turun. Kelambatan penanaman jagung labuhan
sampai dengan bulan Desember mengakibatkan tanaman menderita serangan penyakit
bulai (Downy mildew) yang berat dan dapat mengakibatkan kegagalan total.
Penanaman jagung ditegalan dapat pula dilakukan, pada musim. marengan/saat
musim hujan hampir berakhir, pada bulan Februari - April. b. Ditanah sawah
biasanya jagung ditanam dalam tiga musirn yaitu pada musim labuhan, sebelum
padi musim penghujan ditanam, pada musim marengan setelah padi musim penghujan
dipanen dan juga pada musim kemarau. Untuk peneneman musim labuhan sebaiknya
digunakan varitas Genjah atau varitas unggul agak dalam yang dipungut muda,
sehingga tersedia cukup waktu untuk persiapan penanaman padi sawah. Cara
bertanam dan pemeliharaan tanaman. a. Pengolahan tanah: Pada waktu pengolahan,
keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah tetapi harus cukup lembab
sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah menjadi cukup
gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan
pengerjaan tanah. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat
saluran penuntas air. Pembuatan saluran dan pembumbunan yang tepat dapat
menghindarkan terjadinya genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan
tanaman jagung. Pengolahan tanah untuk jagung labuhan harus tepat dan cepat
dapat dilakukan karena hujan kadangkala datang lebih awal. Bilamana tidak
sempat untuk mengerjakan tanah secara keseluruhan karena waktu tanam mendesak,
maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan yang akan ditanami
saja sedalam 15 - 20 cm sampai tanah menjadi cukup gembur. Berdasarkan hasil
penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa. b. Jarak tanam Varitas
yang berbeda umurnya mempunyai optimum populasi yang berbeda. Bagi varitas yang
berumur dalam (± 110 hari) seperti Harapan Bogor, Composite populasi optimum
adalah ± 50.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak 100 x 40 cm. dengan 2 tanaman
per lubang atau 75 x 25 cm dengan 1(satu) tanaman per lubang. Varitas yang
berumur tengahan (80 - 90 hari) seperti Panjalinan dan Genjah Kretek, optimum
populasi adalah t 70.000. tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm
dengan 1 (satu) tanaman per lubang. Bagi vartias yang berumur genjah (70 - 80
hari) seperti Genjah Madura, populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000
tanaman/ha, bahkan pada tanah yang subur dapat mencapai 200.000 tanaman/ha,
dengan jarak tanam 50 x 20 cm atau 50 x 10 cm dengan 1 (satu) tanaman per
lubang;. Benih ditanam 2 -3 biji per lubang, kemudian diperjarang pada umur 2 -
3 minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman yang tegap dan sehat saja
sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang
digunakan. Dalamnya penanaman adalah 3 cm.
v
Pemeliharaan
Pemupukan.
Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang
diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen
secara kwantitatif maupun kwalitatif. Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci
utama dalam usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium
bersama-sama dengan nitrogen memberikari hasil yang lebih baik. Tanaman yang
kekurangan unsur nitrogen, akan nampak kerdil, warna daun hijau muda
kekuning-kuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna: Gejala
kekurangan unsur, phosphat. jelas terlihat terutama pada waktu tanaman masih
muda di mana daun-daunnya berwarna ungu dan akan berubah hijau kembali seperti
biasa bilamana kemudian tanaman-mendapatkan cukup, phosphat.
Penyiangan dan Pembumbunan: Untuk memperoleh
hasil yang tinggi, pertanaman harus bersih dari segala macam tumbuhan/rumput
pengganggu. Salah satu herbisida yang baik untuk memberantas tumbuhan
pengganggu, pada jggung, adalah Gramoxone, yang disemprotkan pada waktu tanaman
berumur 3 dan 5 minggu,masing-masing sebanyak 11/2 liter yang dilarutkan dalam
400 - 500 liter air/ ha. Penyiangan dengan tangan (hand weeding) yang pertama
dilakukan pada umur 15 hari dan harus, dijaga agar, jangan sampai
mengganggu/merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan
pembumbunan pada waktu pemupukan kedua: Pembumbunan ini berguna untuk
memperkokoh batang dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk
memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan bilama diperlukan.
III.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Praktikum perbanyakan
tanaman ini dilaksanakan di Kel. Gambesi Kota Ternate Selatan. Praktikum ini
dilaksanakan dari bulan Februari – Mei 2015.
B.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul,
parang, meter, alat tulis menulis dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung, pupuk urea, dan air.
C.
Pelaksanaan
Praktikum
Ø Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah menggunakan cangkul
untuk pembuatan bedengan dengan ukuran 1
× 1 meter.
Ø Penanaman
Setelah pengolahan tanah dan
pembuatan bedengan, bedengan dibiarkan selama 1 minggu kemudian dilakukan
penanaman Benih tanaman jagung.
Ø Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman
berumur 1 minggu setelah tanam (HST). Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea
diberiakan dengan cara hill local atau tugal.
Ø Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman,
menyiangan, pembumbunan, penyulaman, dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman
di lakukan sore hari. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi persaingan antara
tanaman jagung dengan gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Pembumbunan
dilakukan untuk membuat tanaman berdiri tegak. Penyulaman dilakukan untuk
menggantikan tanaman yang pertumbuhannya terhambat atau kurang sempurna,
penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST.
Ø Pengamatan
Pengamatan
mulai dilakukan saat 7 hari setelah tanam (HST). Pengamatan dilakukan setiap
minggunya sebanyak 5 kali pengamatan untuk tinggi tanaman dan jumlah daun.
D. Parameter Pengamatan
Parameter
pengamatan, untuk tanaman jagung antara lain :
1. Tinggi
tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung pucuk
2. Jumlah
daun dihitung jumlah daun yang terbentuk
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel.1,
Pengamatan Tanaman Jagung yamg di lakukan di Kel. Gambesi Kota
Ternate Selatan
Pengamatan
|
Tanaman sampel
|
||||
Minggu I
|
Minggu II
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
Minggu V
|
|
Tinggi Tanaman
|
1,5 cm
|
6 cm
|
9 cm
|
11 cm
|
12 cm
|
Jumlah Daun
|
2 Lembar
|
5 lembar
|
8 lembar
|
11 Lembar
|
13 Lembar
|
Panjang Daun
|
5 cm
|
17 cm
|
27 cm
|
31 cm
|
40 cm
|
Diameter Batang
|
0,1 cm
|
0,22 cm
|
0,24 cm
|
0,24 cm
|
0,28 cm
|
Data Primer
yang diolah Tahun 2015
B.
Pembahasan
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tabel pengamatan di atas menunjukan Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman
biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang
daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur
ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel
daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada
jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk
sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
V.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6m.
b.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana
sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang
batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset
c.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang
daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut
d.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki
struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret
B.
Saran
Diharapakan Agar kedepannya pratikum ini
dapat dilasanakan dengan baik.dengan memperliat kondisi atau tempat di mana
dilakukan praktek tersebut.
Agar mendapat hasil maksimal, perlu dilakukan perawatan terhadap tanaman
jagung secara maksimal. Terutama dalam penyiraman pada saat masa perkecambahan
dan awal-awal tumbuhnya pohon jagung. Kemudian, penyiangan lebih intensif serta
pengendalian hama ulat yang menyerang daun, batang, dan buah. Agar tanaman
tumbuh baik, dan hasil produksi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Marlina V,
enni.2004.pengaruh pemberian dosis kompos azzola terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung.proposal skripsi progam studi agronomi jurusan budi
daya pertanian fakultas pertanian universitas jambi:jambi
^ James, M. G.. "Characterization of the Maize Gene sugary1,Determinant
of Starch Composition in Kernels". The Plant Cell 7 (4):
417-429.^ Sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
^http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/09/time/091302/idnews/876754/idkanal/317
^ http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/37303/Produksi-Jagung-Nasional-Terganjal-Cuaca ^ http://www.grains.org/corn
LAMPIRAN
Langganan:
Postingan (Atom)