AGROTEKNOLOGI 013 (ashyer Nerotouw)
Rabu, 18 Januari 2017
Senin, 10 Oktober 2016
LAPORAN PENGARUH DOSIS PUPUK KCL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH
LAPORAN ASER Y.K.NEROTOUW
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanah mempunyai
arti yang sangat luas.tergantung yang berkepentingan dari segi pertanian tanah
dipandang sebagai alat pertanian sehingga diartikan sebagai media alam bagi
tempat tumbuhnya tanaman atau bentuk organik
di tumbuhi tanaman baik tetap maupun sementara (Darmawijaya, 1990), tanah terdapat jenis
dengan sifat-sifat kesuburan yang berbeda,sehingga akan memberi dukungan yang
berbeda pula terdapat pertumbuhan tanaman yag diusahakan.Beberapa syarat tanah
sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang baik yaitu kemampuan menyediakan
hara,bentuk hara tersedia yang dapat diserap tanaman dan kemudian pemindahan
unsur hara ke akar tanaman
(Pairunan, 1985).
Inceptisol merupakan
tanah mudah,tetapi lebih berkembang dari pada Entisol.Kata Inceptisol berasal
dari kata Inceptum yang berarti permulaan.Umumnya mempunyai horizon
kambik.Tanah ini belum berkembang lanjut,sehingga kebanyakan dari tanah ini
cukup subur (Munir,1996).Tanah Inceptisol belum dikatakan matang dan masih
banyak yang mempunyai bahan induknya (Hardjowigeno,1987).
Tanah Inceptisol
termasuk tanah yang cukup subur,namun tanah ini juga masih mengalami kelemahan
yang perlu diperhatikan baik tingkat kesuburan,dan sifat fisik,sehingga
diperlukan pemberian pupuk organik.Selain
itu Tanah Inceptisol ketika telah mengalami beberapa kali pengolahan tanah maka
tingkat kesuburannya semakin menurun.
Tanah Inceptisol
adalah tanah belum mengalami perkembangan,tanah ini umumnya terbentuk dari
pengedapan baru atau tanah-tanah yang mengalami proses erosi secara kontinyu
sehingga seolah-olah terjadi pemindahan kembali,pada tanah ini terdapat
epipedonokhrik,histik atau sulfuric, tanah
inceptisol endapan sungai atau rawa-rawa pantai (Hardjowigeno,1993) tanah yang
berasal dari bahan alluvial merupakan tanah yang subur.
Pupuk adalah
material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik.Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik
(Mineral).Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang
berlapis.Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun terbentuk silinder berongga.Umbi terbentuk
dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar
dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan
daun yang membesar dan bersatu.Tanaman ini dapat ditanam didataran rendah
dan dataran
tinggi yang tidak lebih dari 1200 m dpl.Di dataran tinggi umbinya
lebih kecil dibanding di dataran rendah (BPPT, 2007
).
Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak.
Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu
dibutuhkan sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lainnya adalah
sebagai obat tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun
kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh
darah dan maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat
bakterisida.
Produksi bawang merah
pada provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 sebesar 219 ton,dengan
luas panen sebesar 271 hektar,dan rata-rata produkstivitas sebesar 0,81 ton per
hektar.Di bandingkan tahun 2013,produksi meningkat sebesar 95 ton
(76,61%).Peningkatan disebabkan naikya luas panen seluas 141 hektar
(108,46%),meskipun produktivitas mengalami penurunana seesar 0,14 ton per
hektar (14,93 %) dibandingan tahun 2013.Untuk memenuhi kebutuhan pasar,bawang
merah di (Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia)
Di Indonesia, daerah sentra
produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan
konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan dengan penambahan
jumlah penduduk dan peningkatan daya belinya. Selain itu, dengan semakin
berkembangnya industri makanan jadi maka akan terkait pula peningkatan
kebutuhan terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan
pembantunya.
Selain sentra produksi,
produtivitas lahan sebagai media tanam bawang merah pun perlu ditingkatkan. Hal
ini karena rendahnya hasil bawang merah juga dipengaruhi oleh produktivitas
lahan yang semakin rendah karena kandungan unsur hara dalam tanah semakin
sedikit dan cara pemupukan pada tanaman yang tidak bijak. Pemupukan pada
dasarnya sangat diperlukan tanaman untuk memberikan konstribusi hara bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Oleh karenanya pemacuan peningkatan
produktivitas lebih dititik beratkan pada perbaikan sumber daya lahan berupa
penambahan pupuk guna memenuhi ketidaktersediaan hara dalam tanah. Contohnya,
jika tanah kekurangan unsur N yang merupakan salah satu unsur penting dalam
pertumbuhan tanaman bawang merah, maka petani dapat menambahkan pupuk urea
untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap unsur N tadi. Akan tetapi pemupukan
sendiri memiliki cara dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
tanaman terutama pupuk kimia. Pemberian pupuk urea yang tidak sesuai dosis dan
kebutuhan tanaman dapat memperburuk pertumbuhan dan hasil bawang merah. Oleh karenanya, dipandang penting untuk melakukan praktikum ini dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah.
A.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah inceptisol di Kelurahan Fitu.
B.
Hipotesis
Adapun hipotesis dari praktikum ini diantaranya :
1.
Dengan dosis KCl yang berbeda akan memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
2.
Salah satu dosis KCl memberikan
pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Tentang Bawang Merah
Tanaman bawang merah yakni berasal
dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang
merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang
lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk
pengobatan. Tanaman bawang merah (Allium
ascalanicum L) merupakan salah satu komoditas
sayuran dataran rendah, yang telah dibudidayakan semenjak 5.000 tahun yang
lalu.
Masyarakat Indonesia mengenal bawang sebagai salah satu
bahan yang tidak dapat dipisahkan dari masakan makanan sehari-hari, selalu
menggunakan bumbu bawang merah atau pun bawang putih. Dapat dikatakan bahwa
masyarakat Indonesia mengenal bawang merah ini.
Kebutuhan akan bahan pangan kian meningkat sejalan
bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya akan makanan, khususnya bawang merah yang merupakan bahan
yang tidak bisa terlepas dari bahan makanan yang lainnya ( Rukmana, 1994 ).
Bawang merah (bahasa
Inggris:Shallot)
dikelaskan dalam familiAlliaceae
dalam orderAsparagales.
Nama saintifiknya adalah Allium cepa var. aggregatum. Bawang
merah adalah lebih kecil dan lebih manis dari bawang besar. Bawang merah
merupakan sejenis tanaman semusim, memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar
serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk
daripada pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan
fungsinya, membesar dan akhirnya membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah
terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu (BPPT, 2007).
B.
Klasifikasi Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalanicum
L)
Menurut Rahayu dan Berlin
(1999) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Subdivisio :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Ordo :
Liliales
Family :
Liliaceae
Genus :
Alium
Spesises :
Alium ascalanicum
L
Tanaman bawang merah merupakan salah
satu dari tiga anggota genus allium
yang paling dikenal oleh masyarakat dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,
selain bawang putih dan bawang merah. Bawang merah yang tergolong ke dalam genius allium ini mempunyai sangat
banyak spesies.
Bawang merah termasuk golongan
tanaman semusim (berumur pendek) yang membentuk rumpun, berupa tanaman ternah
rendah yang tumbuh rendah dengan tinggi sekitar 20-40 cm (Anonim, 2009).
C.
Syarat
Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Alium
ascalanicum
L)
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan,
berstruktur redah,
dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau
Latosol,pH 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah memerlukan udara hangat untuk
pertumbuhannya (25 s/d 32), curah hujan 300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian 0-400
mdpl, dan kelembaban 50-70 % ( Deptan. 2007).
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan
lapisan tanah yang gembur, memperbaikidrainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan
tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman
20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm, tinggi 25 - 30 cm, serta
panjang sesuai disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran drainase dibuat dengan
lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 - 60 cm.Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi
Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan
tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan
GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang diamkan 1 minggu lalu taburkan merata
di atas bedengan.
Penyediaan Bibit
Umumnya perbanyakan bawang merah
dilakukan dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan
salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah.
Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang cukup tua yaitu
berumur 70 - 80 hari setelah tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram,
diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat,
tidak keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah
disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.
Penanaman
Penaaman bawang
merah sebaiknya dilakukan setelah 7 hari pemberian pupuk kandang, Teknis
penanaman yaitu dengan membenamkan 2/3 bagian bibit (umbi) ke dalam tanah.
Penyiraman tanah perlu dilakukan sebelum maupun sesudah tanam. Untuk mencengah
bibit yang baru ditanam busuk, perlu ditaburkan Dithane M-45 atau abu dapur ke
bedengan. Dithane M-45 juga dapat disemprotkan ke permukaan bedengan.
Pemupukan
Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur
30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah : Urea
75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, KCl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata
dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.
Pengairan
Tanaman bawang membutuhkan air yang cukup dalam
pertumbuhannya. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali dalam sehari
pada pagi hari atau sore, sejak tanam sampai menjelang panen.
Penyiangan dan Pembubunan
Menyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, minimal dilakukan
dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan. Kegiatan
membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari setelah tanam atau
disesuaikan dengan kondisi umbi sampai muncul ke permukaan tanah.
D.
Peran pupuk KCl
terhadap tanaman.
Pupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik.Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik
(Mineral).Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Unsur K didalam pupuk KCl mempunyai
fungsi dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembentukan stomata
(mengatur pernafasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses
metabolik dalam sel, mempengaruhui penyerapan unsur unsur lain, mempengaruhi
daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta perkembangan akar
(Hardjowigeno,1992).
Gejala kekurangan kalium dapat
ditunjukkan, yaitu daun terlihat lebih tua, batang dan cabang lemah dan mudah
rebah, muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua yang
akhirnya mengering dan rontok, warna buah tidak merata, dan tidak tahan
disimpan lama serta biji buah menjadi
kisut (Novizan, 2002). Pada tanaman jagung kekurangan kalium akan menyebabkan
tongkol kecil dan pembentukan pati kurang sempurna(Amon, 1975).
Endapan tambang kaliun yang sangat
terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari endapan tersebut
adalah KCl dan K2SO4- karena umumnya tercampur dengan bahan lain ,
serta kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya
mengandung K2O sampai 60%.
Jenis inilah yang paling banyak dipasaran. Salah satu jenis pupuk kalium yang
sudah dikenal di kalangan petani adalah KCl. Pupuk KCl yang selama ini dikenal sebenarnya bukan termasuk ke dalam kelompok pupuk buatan karena sebagian
besar prosesnya masih bersifat alami. Adapun unsur pabrik di dalamnya hanya
berperan secara fisik terhadap pupuk tersebut. Sehingga KCl termasuk kedalam
kelompok pupuk kimia alami (Marsono dan Sigit,
2001).
Umumnya sebagai
bahan pupuk kalium yang banyak digunakan adalah KCl , hal ini disebabkan karena
sifat KCl yang baik , yaitu KCl relatif murah, KCl seluruhnya dapat larut dalam
air dan mudah tersedia , anion yang mengikutinya tidak memberikan pengaruh
negatif terhadap tanah dan tanaman . KCl mengandung 50%-62% K2O
(Hakim, dkk, 1986).
Unsur kalium merupakan unsur mobil
di dalam tanaman yang biasanya ditranslokasikan ke dalam jaringan meristematik
muda. Unsur kalium berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sampai
batas tertentu. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman adalah faktor genetik dan faktor lingkungan (Lubis, dkk, 1986;Nyakpa,
dkk, 1988).
Tersedianya unsur kalium bagi
tanaman yang diikuti dengan cukupnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman
dapat memacu proses fisiologis bagi tanaman tersebut. Kalium dan air terlibat
langsung dalam sistem energi tanaman pada 2 sisi penting produksi dan
penggunaan energi yaitu dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Dalam proses
fotosintesis akan dihasilkan sejumlah asimilat yang disimpan dalam bentuk gula
sederhana dan dalam proses respirasi gula tersebut akan dirombak dan dihasilkan
energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman.
Fotosintesis akan berlangsung lambat jika tanaman kahat unsur K dengan cara
mempengaruhi keseimbangan muatan elektrik yang diperlukan untuk pembentukan ATP
dalam kloroplas. Pembukaan stomata salah
satunya sangat dipengaruhi oleh keberadaan kation K+ dan air, oleh
karena itu apabila ketersediaan unsur K dan air di dalam tanaman cukup tersedia
maka akan dapat memacu laju fotosintesis . Hasil fotosintesis akan
ditransportasikan dari daun ketempat-tempat yang membutuhkan baik digunakan
untuk pertumbuhan maupun disimpan dalam organ penyimpanan seperti tongkol
(Suminarti,1999).
Pupuk KCl termasuk pupuk anorganik,
dibandingkan dengan pupuk organik, pupuk anorganik mempunyai keunggulan antara
lain yaitu, kandungan zat haranya dapat
ditentukan sesuai dengan yang diharapkan, pemberiannya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman, tersedia dalam jumlah yang banyak, praktis dalam
transportasi dan menghemat ongkos angkut, serta beberapa jenis pupuk anorganik
langsung dapat diaplikasikan sehingga menghemat waktu (Prihmantoro,2001).
Sifat pupuk KCl yaitu mudah terikat
oleh molekul lain, tidak mudah larut dan lambat tersedia bagi tanaman. Untuk
pertanaman jagung manis biasanya digunakan dosis 150 kg K2O/ha atau
250 kg KCl/ha, sedangkan untuk per tanaman disesuakan dengan jarak tanam yang
digunakan (Anonimus, 2002;Sutejo,2002).
II.
BAHAN DAN METODE
A. Tempat
dan Waktu
Praktikum kesuburan tanah dan nutrisi tanaman ini
dilaksanakan di kebun percontohan Fakultas
Pertanian Universitas Khairun Ternate yang berlokasi di Kelurahan Fitu Kota Ternate Selatan dan berlangsung dari bulan Februari hingga bulan juni 2016.
B. Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
parang,
cangkul, sekop, ember, kantung plastik, gembor, papan nama (kelompok, perlakuan
dan sampel), kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan diantaranya
pupuk kandang kambing, pupuk KCl, benih bawang merah dan air.
C. Metode
Praktikum
Praktikum ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)
dengan pola tunggal/sederhana yang terdiri dari 5 perlakuan dan diulang
sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Level perlakuan sebagai
berikut :
A0
= tanpa pupuk KCl (kontrol)
A1
= 100 kg/Ha atau 50 gr/petak
A2
= 200 kg/Ha atau 100 gr/petak
A3
= 300 kg/Ha atau 150 gr/petak
A4
= 400 kg/Ha atau 200 gr/petak
Sesuai dengan rancangan yang digunakan, maka model matematis RAK menurut
Hanafiah (2001) adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan
:
Yij : hasil pengamatan pada ulangan I, II, III
dan IV
µ : nilai tengah umum
αi : pengaruh perlakuan ke-i
βj : pengaruh kelompok ke-j
εij : galat percobaan dari percobaan ke-i dan ulangan ke-j
D. Pelaksanaan Praktikum
Adapun
pelaksanaan dari praktikum ini ialah sebagai
berikut.
1.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dengan
menggunakan cangkul dan sekop, kemudian dibuat bedengan atau petakan denah
ukuran 2m x 1m.
2.
Pemupukan
Pupuk dasar yang diberikan
adalah pupuk kandang Kambing dengan dosis 10 ton/Ha atau 2 kg/petak. Untuk
dosis pupuk perlakuan yaitu pupuk KCl diberikan pada saat tanam,sesuai dosis perlakuan masing-masing,dengan
cara in the row (larikan).
3.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi ;
Penyiraman, penyiangan, penyulaman, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit.
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 60 HST. Penyiangan
dilakukan setiap 7 hari dengan tujuan mengurangi kompetisi tanaman dengan gulma
yang tumbuh disekitar tanaman. Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang
tumbuh abnormal. Pembumbunan dilakukan untuk menjaga sirkulasi air dan udara
dalam pori tanah. Pengendalian hama penyakit dilakukan bila terlihat gejala
serangan hama-penyakit.
4.
Panen
Panen tanaman bawang merah pada
umur 65-70 HST (Matang Fisiologis).
E. Pengamatan
Parameter pengamatan antara lain :
a.
Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
b.
Jumlah daun (helai) dihitung jumlah daun yang terbentuk.
c.
Berat umbi basah (kg) per petak, ditimbang saat panen.
d.
Berat umbi kering (kg) per petak, ditimbang setelah dikeringudarakan selama
4 hari.
F. Teknik
Analisis Data
Data pengamatan dianalisis dengan analisis of varian (Annova)
atau sidik ragam, bila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT É‘ 0,05).
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Tinggi Tanaman
Hasil
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl
memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman bawang merah pada umur 19, 38 dan 57 HST (Hari Setelah Tanam).
Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1.Pengaruh berbagai dosis pupuk KCl
terhadap tinggi tanaman bawang merah
19, 38 dan 57 HST
Grafik 1 menunjukkan bahwa perlakuan dosis
pupuk KCl (A4) pada umur 19 HST cenderung memberikan pertumbuhan tinggi tanaman
yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Sedangkan pada umur 38 sampai dengan 57
HST perlakuan tanpa pupuk KCl (A0)
cenderung memiliki pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.
2.
Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan dosis pupuk KCl
memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun bawang merah
pada umur 38 dan 57
HST (Hari Setelah Tanam), tetapi perlakuan dosis KCl 19 HST memberikan pengaruh sangat nyata (lampiran
3) . Lebih lanjut dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 :
Pengaruh
Pupuk KCl Terhadap Jumlah Daun 19 HST
Perlakuan
|
Rata -rata
|
|
A0
|
4,55 c
|
|
A1
|
8,00 b
|
|
A2
|
10,16 a
|
|
A3
|
5,10 c
|
|
A4
|
4,80 c
|
|
BNT 0,05
|
0,43
|
Keterangan : Angka- angka yang diikuti
oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan
tidak berbeda nyata pada UJI BNT 5 %.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur 19
HST perlakuan A2 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, ( A0,A1, A3, dan A4 ),
Perlakuan A1 berbeda nyata dengan perlakuan A0,A3 dan A4, Sedangkan A0, A3 dan
A4 tidak berbeda nyata
3.
Berat Basah Umbi Bawang
Merah Pada
Saat Panen.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl Al memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter berat basah umbi
tanaman bawang merah (gr/petak) saat panen. Lebih lanjut dapat dilihat pada
grafik 2.
Grafik
2. Berat Basah Umbi Tanaman Bawang Merah
(gr/petak)
Grafik 2 menunjukkan bahwa perlakuan A1 cenderung memberikan berat umbi basa yang lebih berat
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
4.
Berat Kering Umbi Bawang
Merah 4 HSP (Hari Setelah Panen).
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter berat kering umbi
tanaman bawang merah (gr/petak) setelah dikering udarakan selama 4 HSP. Lebih
lanjut dapat dilihat pada grafik 3.
Grafik 3. Berat Kering Umbi Tanaman Bawang Merah
Grafik 3 menunjukkan bahwa perlakuan
tanpa pupuk KCl (A0) cenderung memberikan berat kering yang lebih berat dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
B.
Pembahasan
1.
Tinggi
Tanaman (cm)
Tinggi
tanaman merupakan salah satu
parameter pertumbuhan tanaman. Tanaman
setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi pembelahan dan
pembesaran sel. Pertumbuhan tinggi tanaman terjadi sebagai akibat perpanjangan
sel-sel meristem salah satunya ditentukan oleh tingkat ketersediaan unsur hara. Oleh karena
ketersediaan unsur hara merupakan komponen penting dalam proses metabolisme
tanaman. Pertumbuhan tanaman
sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik tanaman (Tisdale dan Nelson, 1962 dalam Nyapka dkk,
1988).
Hasil praktikum menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis
pupuk KCl memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang
merah pada umur 19, 38, dan 57 HST. Hal
ini di sebabkan oleh ketersediaan unsur hara yang cukup baik untuk menyuplai
pertumbuhan tinggi tanaman. Disisi lain pengaruh dari pemberian
dosis pupuk KCl relatif kecil pada parameter tinggi tanaman.
Sehingga terlihat pertambahan tinggi tanaman
bawang merah yang cenderung merata atau
relatif seragam.
2.
Jumlah
Daun (helai)
Dilihat
dari pengamatan jumlah daun dari umur 19, 38 dan 57 HST memberikan jumlah daun dari hari ke hari
semakin meningkat. Parameter jumlah daun
berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl 100 gr/petak ( A2 ) memberikan pengaruh berbeda nyata
dengan perlakuan lainya. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa kandungan K yang
diserap oleh tanaman cukup terpenuhi pada perlakuan dosis pupuk tersebut.Disisi lain makin tinggi dosis pupuk KCl yang di berikan
150 gr/ petak ( A3 ) dan 200 gr/ petak (
A4 ) cenderung jumlah daun berkurang
3.
Berat
Basah
Umbi
Hasil praktikum
menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan dosis pupuk KCl terhadap berat umbi basah tanaman bawang merah saat panen menunjukan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang berbeda nyata
pada setiap perlakuan. Tetapi perlakuan A1
dengan dosis 50 gr/petak cenderung
memberikan hasil yang lebih baik terhadap berat umbi basah
tanaman bawang merah dibandingkan dengan perlakuan
yang lainnya.
Hal ini diasumsikan bahwa
kadar K dalam pupuk KCl dengan
dosis
50 gr/petak cukup untuk menopang
pertambahan berat umbi basah pada saat panen. Meningkatnya produktivitas
metabolisme pada tanaman menyebabkan
akar lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air yang
mengakibatkan bertambahnya berat umbi.
Hal ini dikarenakan berat basah umbi dipengaruhi oleh komposisi senyawa kimia dalam umbi.
4.
Berat
Kering Umbi
Hasil
berat umbi setelah dikering udarakan selama 4 hari menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (A0) cenderung memberikan hasil yang
lebih berat terhadap berat umbi kering tanaman bawang merah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya (A1, A2, A3 dan A4 ). Hal ini dikarenakan tingkat ketersediaan hara dalam tanah relatif cukup, sehingga
dapat menopang pertumbuhan umbi dan pengisian
umbi yang relatif sempurna.
Beberapa faktor yang mempengruh
ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah
total.pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik
dan kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara
(Olson and Sander 1988).
Menurut Hardjowigeno (2003), bahwa unsur
hara yang diserap tanaman digunakan antara lain untuk menyusun bagian-bagian
tumbuh tanaman. Jumlaj unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian
tuuh tanaman tersebut berbeda untuk setiap jenis tanaman maupun untuk tanaman
yang sama dengan tingkat produksi
yang berbeda.
Rata-rata produksi bawang merah pada masing-masing dosis
perlakuan antara lain A0 (0 gram/petak)
adalah 1,21 kg/tanaman setara dengan 6,05 ton.ha-1, A1 (50 gr/petak) adalah 1,13 kg/tanaman setara dengan 5,65 ton.ha-1,
A2 (100 gr/petak) adalah 1,14 kg/tanaman
setara dengan 5,70.ha-1, A3 (150 gr/petak)
adalah 0,97kg/tanaman setara dengan 4,85 ton.ha-1 dan A4 (200 gr/petak)
adalah 0,78 kg/tanaman setara dengan 3,9ton.ha-1. Dengan demikian rata-rata produksi
yang diperoleh yaitu
antara 6,05 ton.ha-1 – 5,70ton/ha. Sehingga dari
hasil rata-rata produksi tanaman bawang merah di atas rata – rata. Produksi bawang merah
pada provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 sebesar 219 ton,dengan
luas panen sebesar 271 hektar,dan rata-rata produkstivitas sebesar 0,81 ton per
hektar. Dan di bawah rata – rata untuk tingkat produksi
nasional bawang merah pada tahun 2013 dari luas panen 94.898 ha produksi
mencapai 958.595 ton dengan produktifitas 10,10 ton/ha.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Pemberian dosis pupuk KCl
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun bawang 19 HST.
2.
Perlakuan A0 tanpa pupuk KCl (kontrol) cenderung memberikan pertumbuhan
berat segar umbi saat panen dan berat kering umbi yang lebih baik dibandingan
dengan perlakuan lainnya.
3.
Rata-rata produksi berkisar antara 6,05 ton/ha
sampai dengan 5,70 ton/ha.
B. Saran
Pembahasan maka
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1.
Perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan dosis pupuk
KCl yang lebih tinggi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang,
Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007. Teknologi budidaya tanaman pangan.
Amon,I.,1975. Mineral Nutrion of Maize. International
Potash Institute, Switzerland.
Anonim .
2009. Pedoman Bertanam Bawang Merah. CV. Yrama Widya. Bandung
Anonimus,2002.Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya, Jakarta.
Darmawijaya, M.I. 1990.
Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi
Peneliti Tanah Dan Pelaksanaan pertanian Di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah
Mada Univ. Press. Bulaksumur.
Deptan. 2007. Pengenalan Dan
Pengendalian Beberapa OPT Benih
hortilkultura.
Gasperz.,
1991. Rancangan Percobaan Teori dan
Aplikasi. Grafindo Persada. Jakarta.
Hakim, N., M.Y Nyakpa , A.M. Lubis , S.G
Nugroho, M.R. Saul, M.A Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey, 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah Universitas
Lampung Press, Lampung.
Hardjowigeno, S. 1987.Ilmu Tanah. PT. Melton Putra Jakarta.
____________, S. 1993.Dasar-Dasar Ilmu
Tanah
PT.Medyatama sarana perkasa Jakarta.
Lubis, A.M .,A.G Amrah, M.A Pulung dan N.
Hakim, 1986 Pupuk dan Pemupukan,
UISU, Medan
Novizan.
2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Penerbit. PT. Agromedia Pustaka.Jakarta.
Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograph Agronomy
Corn and Corn Improvement.
Wisconsin. p.639-686.
Pairunan, 1985.
Penetapan Bahan Organik. Penerbit
Universitas. Lampung
Prihmantoro,
H., 2001. Memupuk Tanaman Sayuran.
Penebar Swadaya Jakarta.
Rahayu, E, dan
Berlian, N. V. A,
1999.Teknologi Produksi Bawang Merah,
Bogor
Rukmana,
1994. Bawang Merah, Budidaya, Pengolahan
dan Pascapanen, Penerbit Kanisius Yogyakarta, 72 Hal.
Soepardi,
1983. Sifat dan Ciri Tanah. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sutejo,
M. M, Kartasapoetra
1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Suwandi dan
Kosestomi,1990. Efisiensi Pemupukan Pada
Bawang merah. Bull Penelitian Hort
xix (1) 1-15.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Layout Percobaan
I II III IV
A2
|
A2
|
A2
|
A4
|
A3
|
A1
|
A0
|
A4
|
A4
|
A0
|
A3
|
A2
|
A1
|
A0
|
A3
|
A3
|
A1
|
A1
|
A0
|
A4
|
Keterangan
: I, II, III, IV. Kelompok
A0, A1, A2, A3,
A4 . Perlakuan U
T B
S
Lampiran
2. Data Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 19-57 HST dan Anova
Tabel 2.
Tinggi tanaman (cm) pada umur 19 HST
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
A0
|
10,64
|
7,24
|
10,12
|
3,50
|
31,50
|
7,88
|
|
A1
|
9,00
|
10,24
|
5,60
|
4,16
|
29,00
|
7,25
|
|
A2
|
12,42
|
8,86
|
6,90
|
5,10
|
33,28
|
8,32
|
|
A3
|
8,82
|
8,66
|
9,38
|
5,68
|
32,54
|
8,14
|
|
A4
|
9,16
|
9,90
|
10,08
|
14,66
|
43,80
|
10,95
|
|
Total
|
50,0
|
44,9
|
42,1
|
33,10
|
170,12
|
8,51
|
Tabel 3. Analisis varian
tinggi tanaman (cm) pada umur 19
HST
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|||
0,05
|
0,01
|
|||||||
Kelompok
|
3
|
30,23
|
10,08
|
1,46
|
3,49
|
5,95
|
||
Perlakuan
|
4
|
32,48
|
8,12
|
1,18
|
3,26
|
5,41
|
||
Galat
|
12
|
82,91
|
6,91
|
|||||
Total
|
19
|
145,62
|
Tabel 4. Tinggi tanaman pada
(cm) umur 38
HST
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||||||
A0
|
27,10
|
20,50
|
24,60
|
26,20
|
98,40
|
24,60
|
|||||
A1
|
19,94
|
20,87
|
25,92
|
20,10
|
86,83
|
21,71
|
|||||
A2
|
18,62
|
29,76
|
19,86
|
25,44
|
93,68
|
23,42
|
|||||
A3
|
21,22
|
24,82
|
23,68
|
28,40
|
98,12
|
24,53
|
|||||
A4
|
20,74
|
20,74
|
27,24
|
22,34
|
91,06
|
22,77
|
|||||
Total
|
107,62
|
116,69
|
121,30
|
122,48
|
468,09
|
23,40
|
|||||
Tabel 5.
Analisis varian tinggi tanaman (cm) pada umur 38
HST
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
||
0,05
|
0,01
|
||||||
Kelompok
|
3
|
27,32
|
9,11
|
0,69
|
3,49
|
5,95
|
|
Perlakuan
|
4
|
23,93
|
5,98
|
0,46
|
3,26
|
5,41
|
|
Galat
|
12
|
157,59
|
13,13
|
||||
Total
|
19
|
208,83
|
Tabel 6.
Tinggi tanaman (cm) pada umur 57 HST
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
A0
|
31,84
|
39,22
|
30,40
|
38,68
|
140,14
|
35,04
|
|
A1
|
30,40
|
28,94
|
33,38
|
27,82
|
120,54
|
30,14
|
|
A2
|
26,00
|
35,28
|
33,82
|
36,64
|
131,74
|
32,94
|
|
A3
|
26,40
|
34,48
|
34,46
|
37,82
|
133,16
|
33,29
|
|
A4
|
27,20
|
28,60
|
32,74
|
29,06
|
117,60
|
29,40
|
|
Total
|
141,84
|
166,52
|
164,80
|
170,02
|
643,18
|
32,16
|
Tabel 7
.Analisis varian tinggi tanaman (cm) pada
umur 57 HST
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|||
0,05
|
0,01
|
|||||||
Kelompok
|
3
|
98,64
|
32,88
|
2,88
|
3,49
|
5,95
|
||
Perlakuan
|
4
|
87,45
|
21,86
|
1,92
|
3,26
|
5,41
|
||
Galat
|
12
|
136,87
|
11,41
|
|||||
Total
|
19
|
322,96
|
||||||
Tabel 8.
Data rata-rata dari tinggi tanaman (cm) pada umur 19-57
HST
Perlakuan
|
Rata-rata
|
||
19 HST
|
38 HST
|
57 HST
|
|
A0
|
7,88
|
24,60
|
35,04
|
A1
|
7,25
|
21,71
|
30,14
|
A2
|
8,32
|
23,42
|
32,94
|
A3
|
8,14
|
24,53
|
33,29
|
A4
|
10,95
|
22,77
|
29,40
|
Total
|
8,51
|
23,40
|
32,16
|
Lampiran
3. Data Pengamatan Parameter Jumlah
Daun (helai) pada Umur 19-57 HST dan Anova
Tabel 9.
Jumlah daun (helai) pada umur 19 HST
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A0
|
5,00
|
3,20
|
5,80
|
4,20
|
18,20
|
4,55
|
A1
|
3,80
|
3,40
|
7,60
|
5,20
|
20,00
|
8,00
|
A2
|
5,00
|
6,20
|
9,00
|
5,20
|
25,40
|
10,16
|
A3
|
5,40
|
4,40
|
4,20
|
6,40
|
20,40
|
5,10
|
A4
|
4,40
|
5,20
|
5,40
|
4,20
|
19,20
|
4,80
|
Total
|
23,6
|
22,4
|
32,0
|
25,20
|
103,20
|
6,52
|
Tabel 10. Analisis varian jumlah
daun pada umur 19
HST
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
11,04
|
3,68
|
10,18
|
3,49
|
5,95
|
Perlakuan
|
4
|
7,79
|
1,95
|
5,38
|
3,26
|
5,41
|
Galat
|
12
|
4,34
|
0,36
|
|||
Total
|
19
|
23,17
|
||||
KK
|
9,22
|
Tabel 11.
Jumlah daun (helai) pada umur 38 HST
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A0
|
17,40
|
10,80
|
16,00
|
21,00
|
65,20
|
16,30
|
A1
|
10,80
|
10,60
|
23,40
|
14,80
|
59,60
|
14,90
|
A2
|
10,40
|
17,80
|
13,20
|
15,20
|
56,60
|
14,15
|
A3
|
15,40
|
10,00
|
14,60
|
22,20
|
62,20
|
15,55
|
A4
|
11,80
|
9,00
|
16,20
|
6,60
|
43,60
|
10,90
|
Total
|
65,80
|
58,20
|
83,40
|
79,80
|
287,20
|
14,36
|
Tabel 12. Analisis varian jumlah
daun pada umur 38
HST
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
83,90
|
27,97
|
1,44
|
3,49
|
5,95
|
Perlakuan
|
4
|
69,95
|
17,49
|
0,90
|
3,26
|
5,41
|
Galat
|
12
|
233,64
|
19,47
|
|||
Total
|
19
|
387,49
|
||||
KK
|
30,73
|
Tabel 13.
Jumlah daun (helai) pada umur 57 HST
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A0
|
20,40
|
42,20
|
19,20
|
37,60
|
119,40
|
29,85
|
A1
|
21,20
|
22,40
|
29,00
|
28,00
|
100,60
|
25,15
|
A2
|
12,40
|
20,40
|
25,60
|
31,20
|
89,60
|
22,40
|
A3
|
17,00
|
18,00
|
27,40
|
31,40
|
93,80
|
23,45
|
A4
|
15,80
|
15,80
|
22,80
|
15,00
|
69,40
|
17,35
|
Total
|
86,80
|
118,80
|
124,00
|
143,20
|
472,80
|
23,64
|
Tabel 14. Analisis varian jumlah
daun pada umur 57
HST
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
328,99
|
109,66
|
2,56
|
3,49
|
5,95
|
Perlakuan
|
4
|
327,93
|
81,98
|
1,91
|
3,26
|
5,41
|
Galat
|
12
|
514,25
|
42,85
|
|||
Total
|
19
|
1171,17
|
||||
KK
|
27,69
|
Tabel 15.
Data rata-rata dari jumlah daun (Helai)
pada umur 19-57 HST
Perlakuan
|
Rata-rata
|
||
19 HST
|
38 HST
|
57 HST
|
|
A0
|
4,55
|
16,3
|
29,85
|
A1
|
8
|
14,9
|
25,15
|
A2
|
10,16
|
14,15
|
22,4
|
A3
|
5,1
|
15,55
|
23,45
|
A4
|
4,8
|
10,9
|
17,35
|
Total
|
32,61
|
14,36
|
23,64
|
Lampiran 4. Data Pengamatan Parameter Berat Umbi (gr) dan Anova
Tabel 16. Berat basah
umbi saat panen (kg)
Perlakuan
|
Berat Basah Umbi
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A0
|
0,90
|
1,30
|
1,10
|
2,35
|
5,65
|
1,41
|
A1
|
1,15
|
1,60
|
1,45
|
1,50
|
5,70
|
1,43
|
A2
|
0,40
|
1,60
|
1,30
|
1,90
|
5,20
|
1,30
|
A3
|
1,80
|
0,90
|
1,90
|
1,00
|
5,60
|
1,40
|
A4
|
1,70
|
1,00
|
1,25
|
0,70
|
4,65
|
1,16
|
jumlah
|
6,0
|
6,4
|
7,0
|
7,45
|
26,80
|
1,34
|
Tabel 17. Analisis
varian berat basah umbi
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
0,26
|
0,09
|
0,28
|
3,49
|
5,95
|
Perlakuan
|
4
|
0,20
|
0,05
|
0,16
|
3,26
|
5,41
|
Galat
|
12
|
3,72
|
0,31
|
|||
Total
|
19
|
4,18
|
||||
KK
|
41,55
|
Tabel 18. Berat kering
umbi (kg)
Perlakuan
|
Berat Kering Umbi
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A0
|
0,80
|
1,20
|
0,95
|
1,90
|
4,85
|
1,21
|
A1
|
0,90
|
1,40
|
1,30
|
0,90
|
4,50
|
1,13
|
A2
|
0,35
|
1,50
|
1,20
|
1,50
|
4,55
|
1,14
|
A3
|
0,65
|
0,83
|
1,65
|
0,75
|
3,88
|
0,97
|
A4
|
0,80
|
0,60
|
1,15
|
0,55
|
3,10
|
0,78
|
jumlah
|
3,5
|
5,5
|
6,3
|
5,60
|
20,88
|
1,04
|
Tabel 19. Analisis
varian berat umbi kering
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F tab
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
0,85
|
0,28
|
1,88
|
3,49
|
5,95
|
Perlakuan
|
4
|
0,49
|
0,12
|
0,81
|
3,26
|
5,41
|
Galat
|
12
|
1,81
|
0,15
|
|||
Total
|
19
|
|||||
KK
|
37,20
|
|||||
Lampiran
5. Perhitungan Konversi Petak
Ke Hektar (Ha) dan Perhitungan Dosis Pupuk
Dengan rumus :
Dosis/petak =
Dengan rumus : Konversi petak ke Ha =
petak
Panen I
AO :
Konversi petak ke Ha =
=
6050kg = 6,05
ton/ha
A1 :
Konversi petak ke Ha =
/petak
= 5650kg = 5,65ton/ha
A2 :
Konversi petak ke Ha =
= 5700kg = 5,70ton/ha
A3 :
Konversi petak ke Ha =
= 4850kg = 4,85
ton/ha
A4 :
Konversi petak ke Ha =
= 3900kg = 3,9
ton/ha
Label:
Agroteknologi,
ilmu tanah
Lokasi:
Amerika Serikat
Langganan:
Postingan (Atom)